Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Belum Ada Transmisi Bawah Laut, RI Ekspor Listrik Perdana ke Singapura di 2028
5 September 2024 20:31 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mengungkapkan ekspor listrik hijau dari Indonesia ke Singapura paling cepat terealisasi di 2028 setelah transmisi kabel bawah laut sudah terbangun.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Singapura resmi menambah kuota impor listrik 1,4 gigawatt (GW), dari awalnya 2 GW menjadi total 3,4 GW dari 7 perusahaan di Indonesia. Penambahan kuota ekspor diresmikan pada gelaran Indonesia International Sustainability Forum (IISF) 2024 hari ini, Kamis (5/9).
Sebelumnya, Energy Market Authority (EMA) memberikan persetujuan bersyarat kepada lima perusahaan untuk mengimpor listrik rendah karbon sebesar 2 GW dari Indonesia ke Singapura, yakni Konsorsium Pacific Medco Solar Energy Medco Power with Consortium partners, PacificLight Power Pte Ltd (PLP) and Gallant Venture Ltd, a Salim Group company, Adaro Green, dan TBS Energi Utama.
Kemudian, pihak EMA akan memberikan persetujuan bersyarat tambahan kepada dua proyek yaitu Total Energies RGE dan Shell Vena Energy Consortium dengan total 1,4 GW, sehingga total kuota ekspor listrik dari Indonesia ke Singapura menjadi 3,4 GW.
ADVERTISEMENT
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi, Rachmat Kaimuddin, menjelaskan total nilai proyek perdagangan listrik hijau antar negara ini mencapai USD 20 miliar, baru akan dimulai tahun 2028.
"Itu kan harus bangun kabelnya dulu. Itu butuh mungkin 2-4 tahun atau 3-4 tahun. Kayaknya rencananya yang 5 ini 2028. Baru mengalir listriknya. Kalau yang 2 tambahan, mungkin 2030," katanya usai Indonesia International Sustainability Forum 2024, Kamis (5/9).
Rachmat menjelaskan, ekspor listrik itu akan melalui jaringan transmisi bawah laut. Nantinya akan dibangun dua koridor, untuk 5 perusahaan pertama rampung 2027, dan dua perusahaan sisanya di 3 tahun kemudian.
"Dia harus lihat juga nanti kabelnya mau dari mana. Jadi yang 5 ini, dia lebih duluan ya. Itu mungkin verse elektronnya berjalan 2027 akhir atau 2028. Nah, itu sudah ada koridornya kira-kira," jelasnya.
ADVERTISEMENT
"Nah, yang baru ini mungkin lebih belakangan lah, 2 atau 3 tahun. Itu supaya tahu koridornya. Masih mau dikaji dulu. Belum diputuskan," imbuh Rachmat.
Rachmat menuturkan, pembangunan transmisi baru akan dilakukan setelah seluruh perizinan, pendanaan, dan studi kelayakan serta survei kelautan rampung dilakukan.
Seluruh pembangkit berbasis tenaga surya (PLTS) yang akan dibangun untuk mengekspor listrik ke Singapura rata-rata berada di wilayah Kepulauan Riau (Kepri) dan sekitarnya. Transmisi baru ini akan dibangun berkoordinasi dengan pemerintah Singapura dan PT PLN (Persero).
"Makanya ada tim nasional nanti yang harus kerja sama sama pemerintah Singapura, pastikan ini jalur-jalurnya itu tidak menggangu apa-apa, ke depan. Tapi ya memang kalau kita lihat, bukan pakai jalurnya yang sudah ada sekarang," tutur Rachmat.
ADVERTISEMENT
Dia memperkirakan total investasi untuk membangun transmisi bawah laut untuk proyek ekspor listrik hijau ini mencapai USD 2 miliar atau Rp 30,8 triliun.
"(Investasi USD 20 miliar) itu sepertinya di luar transmisi tapi anggaplah masuklah. Transmisinya mungkin USD 2 miliar kali ya dan angkat tepatnya mungkin tanya mereka (pengusaha)," tandas Rachmat.