Berkat Hedging, Utang RI Tak Bengkak Akibat Pelemahan Rupiah

8 Februari 2018 19:28 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara. (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara. (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) menilai pelemahan rupiah yang terjadi sejak tahun lalu tak akan mempengaruhi utang luar negeri (ULN) pemerintah maupun swasta. Pasalnya sebagian besar perusahaan tersebut sudah melakukan hedging atau lindung nilai.
ADVERTISEMENT
Hedging dilakukan untuk mengurangi risiko pembengkakan utang akibat fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara, mengatakan dalam kondisi rupiah yang melemah, BI mewajibkan hedging bagi korporasi non-bank minimum sebesar 25% dari ULN oleh bank dalam negeri.
"Hasil pemantauan BI mayoritas korporasi patuh (melakukan hedging). Jadi sebenarnya enggak ada yang harus dikhawatirkan," ungkap Mirza di Hotel Raffles, Jakarta, Kamis (8/2).
Menurutnya saat ini ULN pemerintah, swasta dan BUMN nilainya masih normal, totalnya sekitar 35% dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir November 2017 tercatat sebesar USD 347,3 miliar atau sekitar Rp 4.688,5 triliun (kurs Rp 13.500), naik 9,1% year on year (yoy). Sedangkan PDB Indonesia pada 2017 sekitar USD 1 triliun.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan kelompok peminjam, posisi ULN sektor swasta dan sektor publik masing-masing mengalami peningkatan. Posisi ULN sektor swasta pada November 2017 tercatat sebesar USD 170,6 miliar atau tumbuh 4,2% (yoy), lebih tinggi dari 1,3% (yoy) pada bulan sebelumnya.
Sementara itu, posisi ULN sektor publik tercatat sebesar USD 176,6 miliar pada periode yang sama atau tumbuh 14,3% (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 8,4% (yoy).