BI Ramal Kebijakan The Fed Mulai Ketat di 2022, Suku Bunga AS Bakal Naik

16 Desember 2021 18:35 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (22/8). Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (22/8). Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
ADVERTISEMENT
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memproyeksi Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), akan memperketat kebijakan moneternya, yaitu dengan pengurangan pembelian aset US Treasury atau tapering off dan menaikkan suku bunga acuan atau Fed Fund Rate di tahun depan.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Perry meramal bunga The Fed tersebut hanya akan naik satu kali di tahun depan. Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan proyeksi pasar dan analis lainnya sebanyak dua kali di 2022.
"Bacaan BI, kalau dari sisi fundamental, kemungkinan Fed Fund Rate akan naik satu kali di secepatnya triwulan 3 tahun depan, mungkin triwulan 4. Tapi kalau bacaan dari pasar kemungkinan naik dua kali dan kemungkinannya akan naik di Juli 2022 yang akan datang," ujar Perry dalam konferensi pers virtual, Kamis (16/12).
Sementara untuk tingkat inflasi, dia memproyeksi inflasi AS akan di atas 2 persen dalam jangka pendek. Untuk jangka panjang, inflasi diprediksi lebih dari 2 persen.
"Di Amerika memang inflasinya dalam jangka pendek di atas sasarannya di atas 2 persen, tapi tentu saja kebijakan moneter didasarkan bukan inflasi jangka pendek, tapi juga lebih inflasi jangka panjang," tuturnya.
ADVERTISEMENT
"Dan inflasi jangka panjangnya tentu saja akan melibihi 2 persen secara fundamental, secara permanen pada 2023 dan seterusnya," tuturnya.
Untuk ketenagakerjaan, angka pengangguran AS terus turun menjadi 4,3 persen. Pertumbuhan ekonomi yang kian membaik membuat angka pengangguran juga menurun.
"Itulah kenapa bacaan kami bank sentral amerika mempercepat penurunan pembelian US treasury mulai Januari," tutupnya.