Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Bill Clinton Alumni Prakerja dari Aceh, Kini Sukses Jadi Petani
22 November 2022 19:00 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Mobil yang ditumpangi Bill Clinton menepi di salah satu kawasan perkebunan wilayah Lamteuba, Aceh Besar. Dia lalu turun dan berjalan sembari menggenggam erat linggis berkepala lancip, memasuki areal lahan pertanian yang telah ditanami tanaman minyak kayu putih dan nilam.
ADVERTISEMENT
Baru beberapa langkah berjalan Bill tampak sedikit kesal saat menemukan bekas korekan hama babi. Namun, rasa itu seketika berubah tatkala ia melihat tanamannya tumbuh dengan baik dan subur.
Di bawah terik matahari, Bill mulai memainkan linggisnya. Pemuda berusia 28 tahun itu, membuat lubang kecil untuk ditanami bibit nilam yang kemudian ditutupi menggunakan botol air mineral.
Peluh mulai bercucuran di wajahnya. Sehabis menanami bibit nilam, Bill kemudian mengecek pohon minyak kayu putih yang sudah tumbuh besar. Dia lalu memetik beberapa daun dan mencium aromanya.
Bill merupakan seorang perantau asal Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, yang sudah lama tinggal di Aceh sejak 2015. Pasca berhenti dari bangku perkuliahan, kini ia mulai memantapkan diri fokus menggeluti bidang pertanian.
ADVERTISEMENT
Bukan tanpa alasan, dunia pertanian bukanlah hal baru baginya. Kedua orang tua Bill adalah seorang petani, sedari kecil dia sudah terbiasa ikut membantu sang ibu dan ayah. Berangkat dari itu, Bill kini bertekad ingin sukses menjadi petani muda.
Perjalanan panjang Bill mulai menanami tanaman yang menghasilkan minyak (Essential Oil) tidak mudah, di pernah mencoba tanaman serai wangi dan beberapa tanaman lainnya. Namun, usahanya itu terhenti lantaran harga jual anjlok hingga merugi.
Bill tidak putus semangat, langkahnya tidak berhenti sampai di situ. Dia mulai memutar otak mencari berbagai peluang dan informasi terkait tanaman yang bisa menghasilkan nilai ekonomis, hingga akhirnya dia menemukan tanaman minyak kayu putih.
“Saya awalnya cari tahu dari baca-baca informasi, lihat di youtube dan internet, lalu saya tertarik,” kata Bill pada kumparan, Selasa (22/11).
ADVERTISEMENT
Berangkat dari itu, Bill kemudian mendapat dukungan dari abangnya. Mereka membuat kelompok tani berjumlah 20 orang, lalu menerima bantuan lahan milik Perhutani.
Di dalam kelompok itu, Bill ditunjuk sebagai pengelola dan ide kreatif untuk mengembangkan usaha. Dengan tanggung jawab itu, Bill kemudian rajin mengikuti berbagai pelatihan termasuk program kartu Prakerja.
Bill menceritakan, ihwal mengambil pelatihan program Kartu Prakerja saat dirinya mendapat informasi di media sosial dan internet. Lalu tertarik dan mencoba untuk mendaftar. Bill akhirnya lolos sebagai peserta di gelombang kedua pada tahun 2020.
Pada saat itu Bill mengambil pelatihan tentang bagaimana mengelola media sosial atau platform digital untuk mengembang usaha. Dari pelatihan itu, akhirnya membuka langkah dan wawasan Bill dalam mengembangkan bisnis Essential Oil yang sedang ia bangun.
“Saya berpendapat Prakerja ini sangat bermanfaat sekali, saya sendiri merasakannya. Karena ada benang merah yang benar-benar bisa kita kutip dan kita ambil ilmunya dan diterapkan di dunia realita,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
“Seperti contohnya penggunaan instagram untuk menghasil uang. Itu kan menggunakan media sosial, Facebook juga, sekarang kan lagi gencarnya digitalisasi, dan sekarang saya juga memasarkan minyak kayu putih ini di media sosial,” tambahnya.
Tak hanya itu, sebut Bill, insentif yang diterima dari pelatihan tersebut juga digunakan untuk menambah modal usaha.
“Insentif sekitar 600 ribu per bulan dan saya mendapat 2.4 juta. Saya gunakan untuk tambahan modal usaha, memperluas jaringan minyak kayu putih dan nilam. Kebutuhan pribadi juga ada tapi tidak banyak paling cuma Rp 100 ribu,” katanya tersenyum.
Sejak dua tahun terakhir pasca mengikuti program Prakerja, usaha minyak kayu putih dan nilam yang dikelola Bill bersama kelompoknya berjalan dengan baik. Kini, Bill telah memantapkan diri fokus menanam dan memproduksi minyak kayu putih, dia percaya usaha ini akan berkembang besar.
“Kenapa memilih ini, setelah kita riset ternyata pasarnya ada di Bogor. Awalnya dari 1 ton tanaman kayu putih itu dapat hasilnya 10 kilo minyak. Tanya pasar di Bogor, dan mereka tertarik untuk membeli,” katanya.
ADVERTISEMENT
Dari hasil itu, Bill dan kelompoknya terus aktif memproduksi minyak kayu putih meski menggunakan mesin yang masih manual. Bahkan, katanya, mereka pernah mengirimkan minyak sebanyak 200 kilo.
“Sekilo itu harga pasar Rp 240 ribu. Tapi sekarang ini kita lagi rehat, karena sedang perbaikan peralatan, bulan dua tahun depan baru mulai lagi,” ungkapnya.
Kini, lahan tanaman kayu putih yang sudah menghasilkan minyak dikelola Bill seluas 37 hektare. Namun, kendalanya mereka belum bisa panen lantaran mesin penyulingannya masih dalam proses perbaikan.
“Kalau mesinnya sudah bagus, itu dalam seminggu kita bisa produksi minyak 3 – 4 kali. Sementara untuk panennya dalam satu hektare itu jumlahnya satu ton, dan itu tidak kita lakukan setiap hari tetapi berjarak,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Pertanian Itu Menyenangkan
Bill mengungkapkan, dirinya berani memutuskan memilih jalan hidup di dunia pertanian karena potensi dan peluang bisnis ia temukan cukup besar. Menurutnya, dunia pertanian jangkauannya luas dan tidak akan pernah berhenti.
Kendati masih muda, Bill tidak malu harus menjadi seorang petani. Sebab, ia percaya apa pun pekerjaan jika dijalani dengan ikhlas dan tekun pasti akan berhasil.
Ditambah dengan ruang-ruang pelatihan seperti program Prakerja yang membuka pilihan bagi setiap orang , untuk meningkatkan kompetensi di bidangnya masing-masing.
“Jujur saya haus akan pelatihan, makanya kemarin ketika lulus dalam pelatihan Prakerja itu saya sangat bersyukur. Karena sangat bermanfaat untuk mengembangkan diri. Upgrade skill terus, jangan malu bertanya kalau salah ulangi lagi,” ucap Bill.
ADVERTISEMENT
Karena itu, Bill mendorong anak muda di Aceh saat ini harus berani dan tidak malu mengambil peluang usaha di bidang pertanian. Baginya, menjadi seorang petani itu sangat menyenangkan.
“Kita bertani untuk kebutuhan hidup. Bagi pemuda Aceh atau di mana pun, mari kita bertani. Bertani sangat menyenangkan, tidak membosankan,” pungkasnya.