Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Buwas menuturkan oknum pedagang menjual harga beras lebih tinggi guna mendapat keuntungan. Meski begitu, penyimpangan distribusi beras ini tidak hanya di Banten, namun juga terjadi di daerah lain.
“Yang lalu itu mereka membeli dari kita Bulog beras premium Rp 8.300 per kg, mereka jual langsung Rp 12.000 sampai Rp 13.000 per kg dengan diganti karungnya,” ujar Buwas saat ditemui di Kantor Perum Bulog, Rabu (18/10).
Dampak negatif akibat tindakan mafia beras ini yakni pemerintah tidak bisa menekan harga beras yang melonjak naik, dan menyeret tingkat inflasi naik.
“Karena seperti yang diungkap di Polda Banten itu dimanfaatkan oleh pedagang-pedagang nakal, beras yang disalurkan oleh Bulog adalah beras premium. Yang terjadi kemarin kita salurkan dengan bentuk curah untuk mempercepat terdistribusinya ternyata digunakan perdagangan, mendapat keuntungan,” tuturnya.
Dengan Polda Banten mengungkap mafia beras, aksi mafia beras di daerah lain mulai mereda. Kendati demikian, Bulog mewaspadai kejadian tersebut kembali terjadi.
ADVERTISEMENT
“Bukan berarti tidak mungkin timbul kembali, karena sekarang beras ini kan sedang mahal. Bulog sedang melakukan operasi pangan melalui SPHP. Di sisi lain kita ada penyaluran bantuan pangan dari pemerintah kepada 21,3 juta KPM,” imbuh Buwas.
Perum Bulog memperkuat pengawasan mencakup dari Satgas Pangan. Buwas mengaku ada tuduhan beras yang mutunya jelek berasal dari Bulog.
“Walaupun tidak terjadi seperti beras plastik, beras beracun dari China, semua dituduhkan ke Bulog menyalurkan beras itu. Saya sampaikan tidak seperti itu, pemerintah tidak seperti itu,” sambung Buwas.