Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Cerita Eksportir Getah Pinus: Laris di 15 Negara, Mulai dari China hingga India
14 Oktober 2024 15:02 WIB
·
waktu baca 6 menitADVERTISEMENT
Gum rosin dan turpentine oil (minyak terpentin) yang merupakan produk olahan getah pinus menjadi salah satu produk yang dipamerkan di Trade Expo Indonesia (TEI) 2024 yang berlokasi di ICE BSD, Tangerang, 9-12 Oktober. Produk ini dipamerkan PT Sumber Banyu Biru yang berhasil memanfaatkan hasil penyulingan getah pinus untuk jadi produk yang bisa dijual ke luar negeri.
ADVERTISEMENT
Gum rosin memang diperlukan untuk bahan baku industri cat, bahan baku industri kertas, bahan baku industri tinta, bahan baku malam untuk membatik, bahan baku perekat kertas, dan lain-lain.
Produk inilah yang telah menemani perjalanan hidup Neelesh Maheshwari selama 24 tahun terakhir. Bahkan, gum rosin membuat founder PT Sumber Banyu Biru itu yakin untuk menetap dan menjadi Warga Negara Indonesia (WNI).
Ceritanya bermula ketika Neelesh mendapat permintaan dari temannya untuk mengirim gum rosin ke negara asalnya, India. Sejak saat itu, dia mulai menyadari bisa mencari peruntungan dengan berjualan gum rosin dari Indonesia yang memiliki pohon pinus melimpah.
“Saya mulai usaha sejak tahun 2000, ada teman mau cari produk gum rosin dan waktu itu Indonesia tidak banyak ekspor ke India. Saya cari supplier gum rosin dan saya coba pasarkan,” kata Neelesh di TEI ke-39, ICE BSD, Tangerang, Banten, Rabu (9/10).
Terlebih, menurut Neelesh, produk-produk yang dipasarkannya ini sangat ramah lingkungan dengan campuran bahan kimia hanya sebesar 1 persen. Begitu juga dengan proses penyadapan getah pinus dari pohon, dia mengklaim hal ini tidak akan merusak tumbuhan tersebut. Dengan demikian, produk ini sejalan dengan prinsip keberlanjutan usaha bidang hasil hutan non kayu di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Mulai saat itu, Neelesh yang masih berprofesi sebagai pekerja di industri tekstil terus berkutat dengan gum rosin. Walaupun dia tidak punya latar belakang sebagai pebisnis, dia berupaya menggali ilmu seputar gum rosin dan tata cara berbisnis dari internet.
Selain itu, Neelesh juga yakin bisa menjembatani penjualan gum rosin asal Indonesia ke India. Salah satu modalnya adalah kemampuan berbahasa India dan juga Indonesia. Dia membeli gum rosin yang diproduksi perusahaan pelat merah Perum Perhutani dari agen resmi Perhutani, kemudian menjajakannya ke India.
“Produksi terbesar Indonesia adalah Perum Perhutani. Perhutani punya agen, saya ambil dari agen, lewat saya masuk ke India. Saya mulai dari India, keuntungan saya kan bisa bicara bahasa (Indonesia), dan bahasa India,” ungkap Neelesh.
ADVERTISEMENT
Selama merintis bisnis gum rosin ini, Neelesh bercerita sudah mengalami banyak tantangan. Sebut saja, perlakuan tidak menyenangkan dari salah satu rekan bisnis sampai ditipu oleh supplier. Namun, lama-kelamaan jejaringnya bertambah dan pemahamannya seputar bisnis juga menguat.
Setelah menggeluti gum rosin selama 20 tahun, barulah pada 2020 PT Sumber Banyu Biru lahir dan memproduksi gum rosin sendiri. Meski sudah memiliki jejaring yang luas dan pengetahuan produk yang mendalam, Neelesh paham betul keputusannya itu pasti diiringi dengan sederet kendala, mulai dari sisi pembeli, hingga pembiayaan usaha.
Dia memahami perputaran uang di usaha yang dia geluti itu harus selalu lancar dan cepat. Sejak memutuskan untuk memproduksi gum rosin, perusahaan harus berurusan dengan para petani yang membutuhkan waktu pembayaran cepat. Sementara, pembayaran dari hasil ekspor baru bisa dicairkan sekitar satu bulan setelah produk dikirim.
ADVERTISEMENT
“Bisnis kami kan butuh finance? di mana kita kerja sama dengan petani. Kita harus kasih cash on the spot kepada petani dan kita dapat uang dari luar negeri setelah satu bulan,” katanya.
Kondisi ini yang mengantarkan Neelesh menjadi debitur Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)/Eximbank. Tidak hanya membantu dari sisi pembiayaan, Neelesh mengatakan, sejak bergabung sebagai debitur LPEI, dia juga mendapatkan pendampingan dan relasi baru sesama pengusaha.
Dukungan pembiayaan yang diberikan LPEI kepada industri lokal sejalan dengan upaya pemerintah untuk mendukung industri lokal bisa bersaing di pasar global. Dukungan ini juga menjadi cerminan upaya pemerintah mendorong ekspor nasional melalui peningkatan kapasitas bisnis dan daya saing produk lokal.
Hal ini dianggapnya sebagai keberuntungan, sebab dia bisa mendapatkan ilmu baru di dunia usaha. Bergabungnya perusahaan yang digawangi Neelesh menjadi debitur LPEI juga berdampak pada omzet yang dihasilkan naik berkali-kali lipat. Cash flow perusahaan lancar dan lebih terukur dibandingkan masa sebelum PT Sumber Banyu Biru mengenal lembaga di bawah Kementerian Keuangan RI tersebut.
Neelesh membeberkan sudah ada 15 negara yang telah disinggahi produk buatannya. Mulai dari India sebagai pemesan tertinggi, Jepang, China, Mesir, Filipina, Korea, Thailand, Bangladesh, Pakistan, Saudi, dan Dubai meski tidak rutin.
ADVERTISEMENT
“Order China yang lucu, mereka buat gum rosin dan yang terbesar, tapi tetap masih order sama kita,” ungkap Neelesh.
Banyaknya pesanan dari luar negeri ini, membuat kapasitas produksi pabrik sebesar 30 ton per hari terkadang kewalahan. Makanya, dia tetap memesan produk gum rosin dan terpentin Perhutani. Bahkan, Neelesh sudah bisa langsung memesan produk dari Perhutani, tidak lagi melalui agen.
Selain itu, Neelesh juga bersinergi dengan industri sejenis di sekitar pabriknya, di Gayo Lues, Aceh, untuk membantu memenuhi permintaan ekspor. Permintaan dari luar negeri, menurut dia, bisa mencapai 40 kontainer atau 800 ton per bulannya.
Meski menjadi off taker dari produk hasil industri kecil, Neelesh memastikan, produk yang diekspornya akan sesuai dengan standar kualitas tinggi. Sebab, dia memberikan pendampingan kepada 10 pelaku usaha industri kecil agar membuat produk dengan kualitas tinggi.
ADVERTISEMENT
“Kita punya laboratorium, punya alat-alat untuk melakukan pengetesan 8 kualitasnya,” imbuhnya.
Neelesh menekankan, kualitas produk memang selalu diutamakannya sejak awal terjun menjadi commissioning agent, lantaran berkaitan erat dengan kepercayaan konsumen. Dia yakin, kepercayaan konsumen yang membuat gum rosin dan minyak terpentin yang diproduksi dan dipasarkannya tetap diminati banyak orang di berbagai negara.
“Apa yang dijanjikan itu harus dipenuhi, bisnis memang tidak boleh terlalu jujur tapi sama sekali tidak boleh bohong, saya selalu ingat satu kepercayaan customer bisa menyebar ke seluruh dunia,” terang Neelesh.
Di sisi lain, Neelesh juga mengatakan, hal yang membuat usahanya bertahan adalah tetap memanfaatkan pasar dalam negeri. Artinya, sekalipun permintaan ekspor terbilang tinggi, dia tetap berusaha memenuhi permintaan dalam negeri. Sehingga, ketika salah satu pasar mengalami kelesuan, dia tidak akan kelimpungan mencari penggantinya.
ADVERTISEMENT
”Kenapa kita bisa berhasil, karena ada berbeda market ya, ada market ekspor, ada market lokal, kadang-kadang ekspor down, kita bisa jual ke lokal. Kadang-kadang lokal down, kita jual ekspor, terang Neelesh.
Hal ini diiringi dengan kemampuan manajemen dan tim yang suportif. Tidak hanya itu, Neelesh juga mengaku berusaha untuk terus menjalin hubungan yang baik dengan petani dan pelaku industri yang membantunya, caranya dengan mematok harga yang baik dan membayarnya tepat waktu.
Selain gum rosin dan terpentin, PT Sumber Banyu Biru juga memproduksi minyak pinus, gum copal, alpha pinene, sineol, dan lain-lain. Meskipun, gum rosin masih menjadi yang dominan atau sekitar 80% dari total 30 ton produksi harian PT Sumber Banyu Biru. Sementara terpentin yang banyak diminati masyarakat India untuk pembuatan kamper ada di posisi kedua.
ADVERTISEMENT
“Gum rosin karena dia mengkilap, waterproofing, bisa untuk kertas. Kertas ini mengkilap, paper sizing, bisa untuk adhesive, dia melting point-nya rendah, banyak penggunaan gum rosin, bisa untuk industri cat,” terangnya.