Cerita Lulusan STM, Bisa Kerja di Luar Negeri hingga Punya Karyawan Sarjana

30 Mei 2023 20:18 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi nasib pekerja di era ekonomi digital. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi nasib pekerja di era ekonomi digital. Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
Tak pernah terbayangkan oleh Yudi harus pergi jauh meninggalkan keluarga di Tanah Air untuk kerja di negeri orang nun jauh di sana, sebuah negara di Eropa Tengah. Berbekal lulusan Sekolah Teknik Menengah dan Sertifikasi Kompetensi dari sekolahnya di Cilegon, Yudi terbang ke Hungaria dan bekerja sebagai commissioning engineer.
ADVERTISEMENT
Setelah penantian panjang menunggu diterima kerja di Indonesia, Yudi justru berhasil mengalahkan ratusan pesaingnya yang memiliki ijazah sarjana dari universitas ternama. Setelah satu tahun bekerja untuk perusahaan Hungaria, Yudi dipercaya untuk menggantikan tenaga ahli perusahaan di Hungaria.
"Pada saat masuk itu sebenarnya commissioning engineer itu kan sebenarnya S1 ya. Tapi pada saat masuk mereka melihat saya itu capable menggantikan tenaga ahli sehingga ditarik buat project di luar dan yang diambil hanya dua orang, satu orangnya S1 negeri satu orangnya saya STM," ungkap Yudi kepada kumparan, Selasa (30/5).
Yudi mengaku tidak pernah merasa insecure atau rendah diri karena hanya berbekal lulusan STM. Menurutnya, ia tak akan pernah berhasil jika terus merasa rendah diri. Yudi mengaku sering tidak mendapat dukungan dari lingkungannya karena hanya memiliki ijazah STM.
ADVERTISEMENT
"Sebelum ke Hungaria sempat kuliah tapi beda jurusan. Saya bener-bener cuma pakai ijazah STM. Pernah sama teman-teman dibilangin kalau ngelamar susah karena STM,"
Pria 30 tahun itu mengatakan telah mengirim ratusan lamaran kerja di berbagai perusahaan dan mencoba memperluas relasi. Hingga akhirnya pada 2017 ia dipekerjakan di perusahaan infrastruktur di Hungaria. Menariknya, Yudi mengatakan ia memiliki bawahan yang ia pimpin mayoritas merupakan sarjana universitas ternama di Indonesia.
"Jabatan saya waktu itu leader commisioning engineer, mereka itu jatohnya electrical engineer di bawah saya," cerita Yudi.
Pria yang saat ini menjabat sebagai Quality Control Manager di sebuah perusahaan asal Korea Selatan, mengatakan lebih mudah melamar kerja di luar negeri dibandingkan di Indonesia. Ia mengatakan, perusahaan luar negeri mayoritas menilai pelamar kerja berdasarkan keterampilannya dan kegigihan dalam bekerja.
ADVERTISEMENT
"Lebih gampang di luar negeri lah. Kalau di luar negeri mereka tidak melihat background-nya, mereka melihat orang ini atau orang indonesia mau belajar enggak penting tuh background," ungkapnya.
Menaker Ida Fauziyah. Foto: Kemnaker

Menaker Sebut Berbekal Ijazah Tidak Cukup

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Ida Fauziyah, mengatakan dunia kerja saat ini sangat dinamis dan kompetitif. Ida menekankan, bersaing di dalam pasar kerja tidak hanya bermodal ijazah tetapi juga keterampilan yang relevan.
"Kami menilai bahwa dunia kerja saat ini sangat dinamis dan kompetitif. Berbekal ijazah saja tentunya tidak cukup. Oleh karena itu, masing-masing dari kita harus memastikan diri memiliki keterampilan yang relevan dengan zaman dan terus di-update," kata Ida Fauziah saat dihubungi kumparan, Selasa (30/5).
Ida mengungkapkan bahwa kompetensi yang dimiliki calon pekerja merupakan yang utama dalam bersaing di dunia kerja. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang menyebut kompetensi adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai standar.
ADVERTISEMENT
Ida menekankan bahwa keterampilan yang dimiliki seorang pekerja menjadi salah satu aspek kompetensi. Selain itu, tenaga kerja wajib memiliki rekognisi berupa ijazah dan sertifikasi.
"Di mana rekognisi ini menjadi pengakuan bahwa keterampilannya sudah memiliki standar. Perlu diketahui, di Indonesia juga berlaku SKKNI yang menjadi dasar standar kompetensi pada bidang-bidang pekerjaan," ujar Ida.