Cerita Pemandu Wisata Gua Pindul yang Mulai Bangkit Usai Mati Suri Imbas Pandemi

19 Agustus 2022 16:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Objek wisata Gua Pindul, salah satu wisata binaan BCA di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (19/8/2022). Foto: Haya Syahira/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Objek wisata Gua Pindul, salah satu wisata binaan BCA di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (19/8/2022). Foto: Haya Syahira/kumparan
ADVERTISEMENT
Mati suri mungkin merupakan istilah yang tepat untuk menggambarkan keadaan wisata alam di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta selama pandemi COVID-19 merebak.
ADVERTISEMENT
Aturan Pemerintah Pusat yang melarang seluruh objek wisata untuk beroperasi selama hampir 2 tahun membuat para pengelola wisata harus memutar otak, merangkak mencari jalan lain untuk tetap bertahan hidup.
“Dua tahun, hampir dua tahun Gua Pindul mati suri,” cerita Sugito (40), seorang pemandu wisata Gua Pindul dari operator binaan Bank Central Asia (BCA) kepada wartawan, Jumat (19/8).
Sehari-harinya, Sugito memandu para wisatawan lokal hingga mancanegara yang ingin menyusuri Gua Pindul. Ia menjadi pemandu wisata di lokasi tersebut sudah hampir 12 tahun. Sebelum memutuskan untuk menjadi pemandu wisata, Sugito merupakan seorang pedagang bakso di kawasan keraton Yogyakarta.
Sugito kemudian bertemu dengan tim dari Corporate Social Responsibility (CSR) BCA yang ingin mengembangkan potensi wisata di kawasan Gunungkidul. Sugito akhirnya bergabung dengan Wirawisata, operator wisata Gua Pindul sejak 2010 lalu.
Sugito (40) salah satu pemandu wisata Gua Pindul di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (19/8/2022). Foto: Haya Syahira/kumparan
“Saya balik ke kampung (Gunungkidul), mau jaga orang tua. Dulu, cuman ada dua operator Gua Pindul di sini, salah satunya ya Wirawisata ini yang jadi binaan BCA,” ceritanya.
ADVERTISEMENT
Sebelum pandemi, Sugito pernah memandu rombongan salah satu sekolah asal Jawa Tengah yang berisi sekitar 500 orang menyusuri Gua Pindul. Hingga saat ini, meski masih dibatasi, perlahan-lahan objek wisata sudah boleh beroperasi normal.
Selama kunjungan objek wisata dibatasi, Sugito dan warga lainnya yang bernasib serupa mencoba bekerja serabutan. Sugito sendiri kembali bertani untuk bertahan.
“Sekarang sudah bersyukur, bisa dikatakan, ya, membaik, sudah meningkat lah (wisatawannya),” jelasnya.

Tetap Kembangkan SDM Meski Pandemi

Meski belum bisa dikatakan pulih sepenuhnya, Sugito dan warga Gunungkidul tetap berusaha untuk mempertahankan objek wisata di kawasan tersebut. Mereka memastikan untuk menjaga objek wisata terawat dengan baik.
Objek wisata Gua Pindul, salah satu wisata binaan BCA di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (19/8/2022). Foto: Haya Syahira/kumparan
Begitu juga dengan kualitas sumber daya manusianya. Sebagai salah satu bagian dari desa binaan BCA, warga sekitar tetap mendapatkan pelatihan rutin untuk menjaga kualitas objek wisata.
ADVERTISEMENT
Executive Vice President of Corporate Social Responsibility (CSR) BCA, Inge Setiawati, menyadari bahwa kualitas sumber daya manusia di seluruh desa binaan BCA di Gunungkidul harus terus dilakukan meskipun objek wisata terhenti sementara.
“Satu aspek yang paling penting untuk menjaga Sumber Daya Masyarakat (SDM) adalah pelatihan secara berkelanjutan, kita rutin memberikan training-training kepada masyarakat. Sehingga kita bukan memberikan ikan, tapi membekali masyarakat agar bisa mandiri menjaring ikan,” tuturnya saat peluncuran buku Gunungkidul, The Next Bali, di Pendopo Taman Budaya Wonosari, DIY, Jumat (19/8).
Sehingga meskipun hampir 2 tahun tidak beroperasi, para pengelola objek wisata ini tidak lupa dan tetap terlatih untuk menghadapi wisatawan lokal hingga mancanegara.
***
Reporter: Haya Syahira