Dampak Kemenangan Trump, Transaksi Kripto di RI Meningkat Jadi Rp 48,4 T

13 Desember 2024 20:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi hacker curi Bitcoin. Foto: TY Lim/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hacker curi Bitcoin. Foto: TY Lim/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan perkembangan kripto di Indonesia per Oktober 2024. Selama sepuluh bulan di 2024, kripto telah tumbuh dan berkembang.
ADVERTISEMENT
Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital dan Aset Kripto OJK Hasan Fawzi mengatakan, jumlah total investor berada dalam tren meningkat dengan total 21,63 juta investor dibanding September 2024 sebanyak 21,27 juta.
Sementara itu, nilai transaksi aset kripto tercatat meningkat 43,87 persen menjadi sebesar Rp 48,44 triliun dibandingkan September 2024 senilai Rp 33,67 triliun.
“Pertumbuhan ini seiring dengan dinamika global dan kemenangan Trump sebagai presiden terpilih Amerika, yang membuat investor aset kripto cenderung bullish,” kata Hasan dalam konferensi pers RDK OJK, Jumat (13/12)
Nilai transaksi aset kripto domestik mengalami peningkatan yang signifikan sampai Oktober 2024 yakni mencapai Rp475,13 triliun atau meningkat sebesar 352,89 persen yoy.
Bitcoin Capai USD 100.000
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Bitcoin (BTC), yang sebelumnya sempat berfluktuasi, kembali menunjukkan pemulihan signifikan. Pada 12 September 2024, harga Bitcoin berada di sekitar USD 100.000, naik sekitar 2,6 persen dalam 24 jam terakhir. Altcoin teratas seperti Ethereum mencatatkan lonjakan harga 7,2 persen dalam 24 jam, XRP 4,7 persen dan Solana 5,2 persen.
Berdasarkan data Indodax, Altcoin teratas seperti Ethereum, mencatatkan lonjakan harga 7,2 PERSEN dalam 24 jam, XRP 4,7 persen, dan Solana 5,2 persen.
CEO Indodax, Oscar Darmawan, mengatakan kenaikan harga Bitcoin juga diiringi oleh Fear and Greed Index pasar kripto yang berada di angka 76 dari 100, menunjukkan dominasi sentimen greed atau optimisme yang kuat. Jika tren ini berlanjut, tidak menutup kemungkinan bahwa Bitcoin akan menembus level psikologis di atas USD 104.000, melampaui rekor tertingginya yang tercatat minggu lalu.
ADVERTISEMENT
“Data CPI yang sesuai ekspektasi telah memberikan angin segar bagi pasar, tidak terkecuali aset kripto. Selain itu optimisme terhadap kebijakan suku bunga yang lebih longgar dari Federal Reserve dapat menjadi katalis positif bagi pergerakan Bitcoin dan aset kripto lainnya ke depan,” ujar Oscar dalam laporan mingguan.
Menurut Oscar, kenaikan harga Bitcoin baru-baru ini juga mencerminkan minat institusional yang meningkat. “Investor institusional mulai memahami peran Bitcoin dalam portofolio mereka, menunjukkan pergeseran perspektif terhadap pasar keuangan tradisional,” jelasnya.
Oscar juga menekankan pentingnya pemahaman masyarakat terhadap kripto. “Ketika semakin banyak orang memahami manfaat Bitcoin dan teknologi blockchain, tingkat adopsi akan tumbuh secara alami,” jelasnya.
Ia juga mencatat bahwa pemotongan suku bunga oleh The Fed dapat mendukung tren kenaikan aset berisiko seperti Bitcoin. “Dengan meningkatnya likuiditas di pasar, Bitcoin memiliki peluang besar untuk melanjutkan penguatannya. Selain itu, Fear and Greed Index, yang saat ini berada di angka 76, dapat menjadi indikator positif. Sentimen greed di pasar menunjukkan optimisme investor, tetapi kita harus tetap waspada terhadap volatilitas yang dapat mempengaruhi stabilitas pasar, karena semakin tinggi kepercayaan terhadap pasar, maka sebagian orang akan melakukan aksi jual,” sarannya.
ADVERTISEMENT
Ia juga menyoroti peran teknologi blockchain sebagai daya tarik utama. “Keamanan dan transparansi yang ditawarkan blockchain semakin relevan di tengah ketidakpastian ekonomi global,” kata Oscar.
Melihat prospek ke depan, Oscar percaya Bitcoin memiliki peluang besar untuk mencapai level baru. “Jika data ekonomi terus mendukung dan kebijakan moneter global tetap kondusif, Bitcoin bisa mencetak rekor tertinggi baru,” ujarnya.
Oscar menutup dengan menekankan pentingnya regulasi yang mendukung. “Regulasi yang jelas dan proaktif dapat menciptakan ekosistem yang sehat bagi pertumbuhan aset digital di Indonesia maupun secara global,” pungkasnya.