Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Setelah sukses menjadi tuan rumah penyelenggaraan Our Ocean Conference 2018 yang dilaksanakan di Bali pada tahun 2018 lalu, Indonesia kembali berkontribusi dalam Our Ocean Conference (OOC) 2019 yang diselenggarakan pada 23-24 Oktober 2019 di Oslo, Norwegia. Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan Sjarief Widjaja memimpin delegasi Indonesia dalam perhelatan OOC kali ini.
ADVERTISEMENT
Dalam kesempatan tersebut, Sjarief menyatakan bahwa Indonesia telah mengimplementasikan sebagian besar komitmen yang diteken dalam OOC periode tahun 2017 dan 2018. Berbagai komitmen tersebut antara lain dilakukan dalam bidang pembangunan kapasitas (capacity building); iklim, pencegahan dan pemantauan pengamanan laut; mempromosikan perikanan yang berkelanjutan; perlindungan laut; pengurangan polusi laut; jaringan kerja laut yang aman; serta pemetaan dan pemahaman lautan dan masa depan konferensi samudera.
“Dalam upaya perlindungan laut, Indonesia berhasil mencapai target perluasan kawasan konservasinya pada tahun 2018. Target perluasan kawasan konservasi Indonesia pada tahun 2018 lalu sebesar 22,68 juta hektar telah tercapai. Ini menunjukkan keseriusan pemerintah Indonesia dalam melindungi laut dan menjaga keberlanjutannya,” ujar Sjarief dalam keterangan resmi, Minggu (27/10).
ADVERTISEMENT
Bersamaan dengan implementasi komitmen lainnya yang telah dilakukan, Indonesia pun turut diundang sebagai narasumber untuk berbagi pengalamannya dalam menjaga laut di beberapa side event terkait pemberantasan Illegal, Unregulated, Unreported (IUU) Fishing, pengarusutamaan isu kelautan, dan pengelolaan kawasan konservasi perairan pada sidang United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC).
Tak henti sampai di situ, Indonesia pun menyampaikan 4 komitmen baru dalam OOC 2019 dalam upaya menjaga laut dunia. “Pertama, Indonesia berkomitmen untuk mencadangkan 700.000 hektar Kawasan Konservasi Perairan (Marine Protected Areas/MPAs) pada tahun 2020. Untuk itu, Indonesia mengalokasikan dana sebesar USD6,68 juta untuk mendukung pembentukan MPAs baru dan meningkatkan efektivitas pengelolaan MPAs yang sudah ada,” ujar Sekretaris Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Agus Dermawan, selaku anggota delegasi.
ADVERTISEMENT
Kedua, Indonesia berkomitmen untuk melakukan stock assessment di perairan darat dengan menggunakan metode yang telah terstandarisasi, baik secara ilmiah maupun pendekatan praktis. Hal ini ditujukan untuk mendukung implementasi manajemen perikanan berbasis ilmiah pada tahun 2020 dengan anggaran sebesar USD 705 ribu.
“Ketiga, Indonesia berkomitmen melakukan perpanjangan proyek peningkatan sistem peramalan laut untuk mengurangi resiko bencana maritim. Perpanjangan proyek ini akan dilakukan pada tahun 2019-2024 dengan alokasi dana senilai USD 121 juta,” tambah Agus.
Keempat, pengawasan kelautan dan perikanan juga menjadi komitmen Indonesia. “Kita akan terus melakukan kegiatan pengawasan melalui kapal patroli dan pengawasan udara, operasi pusat komando, investigasi kejahatan kelautan dan perikanan, pengawasan KKP, peningkatan partisipasi pengawasan berbasis masyarakat, memerangi penangkapan ikan yang merusak, dan kegiatan terkait lainnya,” tutur Agus.
ADVERTISEMENT
Selain menghadiri sidang pleno, delegasi Indonesia yang hadir menyelenggarakan beberapa side event. Salah satunya, sebuah sesi bertajuk 'Enhancing Marine Enhancing Marine Sustainability through Cooperation, Conservation Actions and Marine Debris and Disaster Risk Reduction' yang diselenggarakan Indonesia bekerjasama dengan Wildlife Conservation Society (WCS).
“Sesi diawali dengan pertemuan antara delegasi Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Myanmar untuk mendiskusikan sejumlah isu kelautan dan perikanan seperti pengembangan perencanaan ruang laut, pengelolaan kawasan konservasi perairan secara efektif, penanganan sampah plastik, dan penggunaan VMS dalam pengelolaan perikanan,” jelas Agus.
Penyelenggaraan sesi ini ditujukan untuk mempererat kerja sama Indonesia dengan negara tetangga serta menyampaikan dan mempromosikan upaya dan capaian Pemerintah Indonesia dalam pengelolaan sumber daya laut dan perikanan secara berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Sebagai informasi, penyelenggaraan OOC kali ini merupakan yang ke-6 sejak pertama kali diselenggarakan tahun 2014. Sebelumnya, perhelatan dilakukan di Washington DC, Chile, Malta, dan Indonesia. Kepala Delegasi Indonesia pada OOC 2019 Sjarief Widjaja mengatakan, Indonesia memainkan peran penting dalam menjaga laut dunia lewat perhelatan tingkat global.
“Kehadiran Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan negara maritim yang memiliki luas lautan terbesar kedua di dunia tentunya menjadi sangat penting untuk ikut serta berperan aktif melaksanakan komitmen dan kebijakan di bidang kelautan dalam menjaga lautan dunia,” tutur Sjarief.
Adapun delegasi Indonesia pada kegiatan Our Ocean Conference 2019 ini dipimpin oleh Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan, Sjarief Widjaja dengan anggota delegasi Todung Mulya Lubis (Kemenlu), Dwi Budi Sutrisno (BMKG), Mas Achmad Santosa (Satgas 115), Agus Dermawan (KKP), Toni Ruchimat (KKP), Diana Irawati (Setkab), Urip Haryoko (BMKG), Sapta Putra Ginting (KKP), Mukhammad Fahrurozi (Setneg), Yan Prastomo Ardi (Kemenhub), Ade Wiguna Nur Yasin (KKP), Imam Fitrianto (KKP), Anggarini Sesotyonigtyas (Kemenlu), Wisnu Wardana (Kemenhub), Januar Dwi Putra (Satgas 115), dan Stephanie Juwana (Satgas 115).
ADVERTISEMENT