Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Dirut BRI Buka Suara soal Kredit Macet UMKM Terus Meningkat
25 Juli 2024 13:37 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) atau BRI menanggapi rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL), termasuk kredit macet UMKM yang terus meningkat.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rasio kredit macet UMKM perbankan mencapai level 4,27 persen pada Mei 2024. Angka ini naik tipis dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 4,26 persen. Pada Maret 2024, berada di level 3,98 persen.
Direktur Utama BRI, Sunarso, mengatakan tren kenaikan rasio kredit macet tidak hanya terjadi pada segmen mikro, kondisi ini juga terjadi di segmen usaha kecil dan menengah.
"Bukan hanya di mikro, tapi UMKM, terutama di mikro dan kecil, itu yang NPL-nya naik. Tapi, sepengetahuan saya, NPL UMKM di perbankan artinya swasta dan BUMN itu memang kalau digabung, mungkin di level 4 persenan," kata Sunarso dalam paparan kinerja BRI Kuartal II 2024, Kamis (25/7).
Sunarso menyatakan bahwa BRI merupakan salah satu bank yang fokus pada segmen UMKM. Segmen UMKM masih mendominasi penyaluran kredit BRI, dengan porsi mencapai 81,96 persen dari total penyaluran kredit BRI, atau sekitar Rp 1.095,64 triliun.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, rasio kredit bermasalah (NPL) BRI terjaga di kisaran 3,05 persen dengan rasio NPL coverage berada pada level yang memadai sebesar 211,60 persen.
"Jadi sebenarnya NPL UMKM BRI masih lebih baik atau di bawah NPL rata-rata industri (bank yang fokus) di UMKM," kata Sunarso.
Meski demikian, BRI telah menyiapkan sejumlah strategi agar kualitas kredit macet UMKM tetap terjaga dengan baik.
"Strateginya adalah jangan memaksakan diri untuk tumbuh di situ. Karena begitu kita kasih kredit, 3 bulan macet, kasih kredit, 6 bulan macet, jangan sampai terjadi. Maka kita harus tetap tumbuh di UMKM, tapi sangat selektif," ujar Sunarso.
"Dengan cara apa? Maka kriteria penerimaan risikonya kita perketat. Loan portfolio guideline-nya itu kita perketat, bagi portofolio UMKM yang sudah ada di bank, itu kita pilih-pilih lagi. Kita cari mana yang masih bisa lanjut, mana yang masih kadang sedang bermasalah," katanya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, BRI menjalankan program restrukturisasi kredit seiring dengan telah berakhirnya kebijakan restrukturisasi kredit COVID-19.
"Kalau memang akan diberikan kelonggaran, kita ikuti. Kalau memang tidak bisa direstrukturisasi, maka terpaksa kita harus write off, kita harus hapus buku, maka kemudian di situlah cadangan berbicara," kata Sunarso.