Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Dirut Defend ID Bicara Dampak Konflik Global Bagi Industri Pertahanan RI
27 April 2024 15:04 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Kalau bagi industri pertahanan itu antara ups and downs, ada sisi positifnya, ada sisi negatifnya," ujar Bobby kepada wartawan usai HUT ke-2 Defend ID, di PT Pindad, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (27/4).
Dampak positifnya, kata Bobby, negara-negara dunia menaikkan anggaran pertahanan. Kenaikan anggaran itu bisa menjadi peluang bagi Defend ID untuk memperluas pasar.
"Karena global politik, geopolitik dunia sedang naik tensinya itu, negara-negara seluruh dunia itu meningkatkan dan menaikkan anggaran pertahanannya yang tadinya rata-rata 2 persen, sekarang sudah hampir 3 persen," jelas Bobby.
"Ini tentunya opportunity yang luas sekali buat Defend ID untuk mengembangkan pasar globalnya. Itu adalah opportunity-nya," tambahnya.
Di sisi lain, Bobby mengakui konflik geopolitik juga membawa tantangan bagi Defend ID. Sebab, konflik tersebut berimbas ke terganggunya rantai pasok.
ADVERTISEMENT
"Seperti yang kita lihat, konflik di Laut Merah itu menyebabkan biaya logistik akan tinggi. Yang tadinya komponen kita yang kita impor dari Eropa itu lewat Terusan Suez, sekarang terpaksa dia mutar," ungkap Bobby.
Selain itu, lead time atau waktu tunggu terkait pengiriman barang bisa lebih panjang lagi. Tak hanya itu, kata Bobby, konflik tersebut juga berdampak ke tingginya inflasi dan masih belum turunnya suku bunga The Fed.
"Ini tentunya mengakibatkan cost dari component cost, dari material cost dari produksi kami akan ter-impact juga," ujar Bobby.
Lebih lanjut, Bobby menuturkan kebergantungan Indonesia terhadap rantai pasok dunia di komponen pertahanan masih tinggi. Ia memastikan pihaknya akan terus berupaya agar industri pertahanan Indonesia tidak banyak bergantung ke negara lain.
ADVERTISEMENT
"Raw material kita, bahan-bahan baku kita ini masih impor. Itu kalau di Pindad seperti engine itu kita masih impor, di PT PAL seperti engine dan beberapa jenis baja kita masih impor, di PT DI [Dirgantara Indonesia] itu bahan-bahan komposit untuk aircraft engine kita masih impor," tutur Bobby.
***
Reporter: M. Fadhil Pramudya