Dirut Kimia Farma, David Utama: Bahan Baku Obat Vital untuk Antisipasi Krisis

25 Juli 2023 9:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dirut Kimia Farma, David Utama. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Dirut Kimia Farma, David Utama. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Pemerintah mulai fokus untuk membangun ketahanan industri farmasi dalam negeri, dengan mengembangkan bahan baku obat dalam negeri. Hal ini dinilai penting untuk mengantisipasi krisis kesehatan di masa mendatang.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama (Dirut) PT Kimia Farma Tbk, David Utama, mengatakan Indonesia harus belajar dari pandemi COVID-19. Tujuannya agar Indonesia tak lagi mengandalkan negara lain saat memerlukan vaksin, bahan baku obat, hingga alat kesehatan.
Namun menurut David, membangun ketahanan farmasi dalam negeri bukan tanpa tantangan. Apalagi, sektor ini dihadapkan dengan dua negara besar, seperti China dan India. Dia menilai, ketahanan farmasi harus dimulai saat ini oleh pemerintah, dengan membuat industri bahan baku obat.
"Hanya pemerintah yang mampu melakukan ini (membuat industri bahan baku obat). Karena ini strategic decision untuk menjamin ketahanan nasional industri farmasi di Indonesia," kata David dalam Program The CEO kumparan, Selasa (25/7).
David menjelaskan, membangun ketahanan farmasi, dimulai dengan membuat bahan baku obat, memerlukan strategi yang tepat. Sebab, China dan India saat ini menguasai pasar global di sektor farmasi. Bahkan menurutnya, volume suplai produk farmasi China dan India mencapai 1.000 kali lipat dari yang diproduksi Indonesia.
David Utama, Direktur Utama Kimia Farma dalam Program The CEO kumparan.
Mantan CEO General Electric Healthcare ASEAN itu menjelaskan, China dan India bukanlah lawan bagi Indonesia. Namun, Indonesia perlu menyiapkan ekosistem ketahanan farmasi dalam negeri untuk saat ini.
ADVERTISEMENT
"Jadi bukan bertarung, tapi kita menyiapkan industri bahan baku obat untuk ketahanan nasional, sehingga kita bisa menjamin industri farmasi di Indonesia akan tetap mempunyai penyaluran bahan baku obat, di mana tempat lain tidak bisa memberikan," kata David.
Kimia Farma siap memproduksi 28 bahan baku obat secara mandiri di tahun 2024. Menurut David, hal ini akan mampu mengurangi 20 persen impor bahan baku obat.
PT Kimia Farma Apotek. Foto: Kimia Farma
Selain itu, Kimia Farma juga memiliki 10 pabrik pemrosesan atau manufaturing plan yang tersebar di wilayah Indonesia, termasuk di wilayah pelosok. Kimia Farma juga mampu mendistribusikan alat farmasi dan kesehatan hingga wilayah pelosok Tanah Air, karena memiliki unti bisnis logistik sendiri.
Tak hanya itu, hingga saat ini Kimia Farma sudah memiliki 1.244 apotek di seluruh Indonesia yang bisa menjangkau hampir semua lapisan masyarakat. Bahkan, Kimia Farma juga memiliki lebih dari 400 layanan klinik dan 360 laboratorium.
ADVERTISEMENT
"Jadi kalau dilihat, struktur (bisnis)-nya Kimia Farma dari yang paling hulu sampai hilir we have the best structure. Makanya saya bilang ini adalah ladang emas," lanjutnya.
SDM Masih Jadi Tantangan
David menuturkan, untuk membangun ketahanan farmasi ada sejumlah tantangan. Utamanya adalah sumber daya manusia (SDM) di Indonesia. Untuk itu, perlu dilakukan transformasi SDM akan fundamental sektor ini semakin kuat.
"Percaya, transformasi SDM adalah yang terutama kita membutuhkan talent-talent muda, karena Kimia Farma ke depannya we will exist for another hundred years," kata David.
Tantangan selanjutnya adalah perubahan zaman dan teknologi. Menurutnya, perusahaan yang baik adalah mampu melakukan transformasi sesuai keadaan yang terjadi.
"Kita harus mengadopsi perubahan yang terjadi, untuk mengadopsi perubahan yang terjadi, kalau kalian di Kimia Farma, harus bersedia melakukan transformasi," tuturnya.
ADVERTISEMENT