Dirut Krakatau Steel: Konsumsi Baja 15,5 Juta Ton di 2021, Terbanyak Konstruksi

11 April 2022 13:45 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Utama PT. Krakatau Steel, Silmy Karim ketika mengunjungi kantor kumparan. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama PT. Krakatau Steel, Silmy Karim ketika mengunjungi kantor kumparan. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), Silmy Karim, mengungkapkan konsumsi baja nasional mencapai 15,5 juta ton sepanjang tahun 2021. Jumlah tersebut lebih banyak dibanding tahun 2020 yang sebesar 15,1 juta ton.
ADVERTISEMENT
Sedangkan kalau dilihat dari 2015 konsumsi baja baru 11,4 juta ton, bertambah menjadi 12,7 juta ton di 2016. Konsumsinya bertambah menjadi 13,6 juta ton di 2017, 2018 menjadi 15,1 juta ton, dan di 2019 sebanyak 15,9 juta ton.
“Konsumsi baja nasional pada 2021 sebesar 15,5 juta ton, angka tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 2,5 persen dari tahun sebelumnya,” kata Silmy saat rapat dengan Komisi VI DPR, Senin (11/4).
Meski konsumsi meningkat, volume impor masih tinggi atau meningkat 22 persen dengan pangsa pasar mencapai 43 persen. Silmy mengungkapkan, pengguna baja yang paling banyak adalah sektor konstruksi sebesar 78 persen.
Produksi bulanan baja lembaran dingin atau baja cold rolled coil (CRC) PT Krakatau Steel (Persero) Tbk pecah rekor. Foto: Krakatau Steel
Selanjutnya ada sektor otomotif 11,3 persen, domestic appliances 2,7 persen, mechanical machinary 2,6 persen, other transport 2,5 persen, electrical equipment 1,9 persen, dan metal products 0,9 persen.
ADVERTISEMENT
“Pada tahun 2021 sektor konstruksi menjadi sektor pengguna baja terbesar dengan kontribusi sebesar 78 persen, diikuti sektor otomotif sebesar 11,3 persen,” ungkap Silmy.
Sementara itu, untuk produksi baja nasional mencapai 14 juta ton sepanjang tahun 2021. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan produksi baja pada 2020 yang baru sebanyak 12,9 juta ton. Sedangkan suplai produksi nasional setelah dikurangi ekspor menjadi sebesar 57 persen.