Dirut PT Vale Indonesia Buka Suara Soal Serangan 'Dirty Nickel’

4 Agustus 2024 12:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah operator dump truck mengangkut slag atau limbah nikel ke tempat penampungan khusus Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di kawasan pertambangan PT Vale Indonesia, Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Jumat (2/8/2024). Foto: ANTARA FOTO/Basri Marzuki
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah operator dump truck mengangkut slag atau limbah nikel ke tempat penampungan khusus Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di kawasan pertambangan PT Vale Indonesia, Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Jumat (2/8/2024). Foto: ANTARA FOTO/Basri Marzuki
ADVERTISEMENT
Presiden Direktur sekaligus Chief Executive Officer (CEO) PT Vale Indonesia Tbk (INCO) Febriany Eddy buka suara soal tuduhan nikel kotor alias dirty nickel yang dilontarkan sejumlah pihak dari negara barat. Dia menekankan pentingnya transparansi dan komitmen perusahaan terhadap keberlanjutan dalam industri pertambangan nikel.
ADVERTISEMENT
Febriany mengatakan, Vale Indonesia dibentuk dengan prinsip keberlanjutan (Environmental Social Governance/ESG) dalam identitas atau DNA perusahaan.
“Keberlanjutan harus menjadi bagian dari jati diri, DNA dari suatu perusahaan," kata Febriany kepada wartawan di Tambang Nikel Sorowako, Minggu (4/8).
Dia menyebut, konsep ESG perlu dilakukan secara berkepanjangan. Artinya, konsep ini tidak boleh hilang seiring dengan berakhirnya satu proyek atau pergantian pemimpin.
Febriany menjelaskan, Vale Indonesia memiliki sistem evaluasi kinerja yang menekankan keseimbangan antara profit, people, dan planet (3P). Hal ini memaksa perusahaan untuk tidak hanya fokus pada keuntungan finansial semata, tetapi juga mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap lingkungan dan masyarakat.
Febriany juga menyampaikan kekhawatiran tentang stigma 'dirty nickel' yang diembuskan oleh negara barat. Ia menegaskan bahwa perusahaan perlu bersuara untuk melawan narasi negatif tersebut.
ADVERTISEMENT
"Jika Vale tidak bersuara, hanya ada satu jenis suara yang beredar di global, maka semua menganggap nikel Indonesia satu jenis," katanya.
Febriany mengungkapkan, Vale Indonesia secara aktif menjaga kualitas air danau di kompleks Danau Malili yang berdekatan dengan areal tambang. Danau Kompleks Malili terdiri dari tiga danau yang berada di Malili, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Tiga danau tersebut antara lain, Danau Matano, Mahalona, dan Danau Towuti.
Vale Indonesia juga melakukan reklamasi lahan bekas tambang secara progresif. Targetnya, 70 persen lahan akan direklamasi di tahun 2025.
Direktur Utama Vale Indonesia Febriany Eddy. Foto: Instagram/@ptvaleindonesia
Perusahaan juga fokus pada penanaman pohon. Sebanyak 3,7 juta pohon telah ditanam, di antaranya endemik Ebony (Diospyros celebica), Dengen (Dillenia serata), Kaloju (Caralia braciata), Mata kucing (Hopea celebica), dan jenis unggulan lokal. Total Rehabilitasi PTVI seluas 10.280 hektare dengan rincian 10.000 hektare di luar daerah operasional dan 280 hektare di dalam daerah operasional.
ADVERTISEMENT
Mengutip Reuters, Pengusaha Australia sekaligus Pendiri Fortescue Metals Group (FMG.AX), Andrew Forrest, meminta London Metal Exchange (LME) mengklasifikasikan kontrak nikelnya menjadi kontrak bersih dan kotor untuk memberi pelanggan lebih banyak pilihan.
Komentar Forrest merupakan bagian dari upaya para penambang dan anggota parlemen Australia untuk menyelamatkan industri nikel negara tersebut setelah harga anjlok di tengah melonjaknya pasokan yang lebih murah dari Indonesia.
Menurutnya, nikel biasanya diproduksi dengan standar lingkungan dan peraturan yang lebih tinggi di Australia daripada di Indonesia. Hal itu membuat produsen Australia menuntut premi yang ramah lingkungan.
"Jika Anda memiliki nikel kotor dalam sistem baterai anda, maka anda ingin mengetahuinya karena anda tidak ingin menyebarkannya dan anda ingin memiliki pilihan untuk membeli nikel bersih jika memungkinkan. Jadi Bursa Logam London harus membedakan antara nikel bersih dan nikel kotor," kata Forrest.
ADVERTISEMENT