Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Eks Mendag Lutfi: Jangan Mau Ditakut-takuti Harga Komoditas
29 Januari 2024 20:39 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
“Jangan kita terlalu mau ditakut-takuti oleh harga komoditas. Harga komoditas itu memang selalu berfluktuasi,” ujar Lutfi di acara Repnas bertema ‘Blak-blakan soal Mobil Nasional dan Polemik LFP vs Nikel’ di Jakarta, Senin (29/1).
Lutfi menjelaskan total cadangan nikel tidak cukup memenuhi kebutuhan baterai kendaraan listrik atau EV. Kebutuhan baterai sangat besar sehingga pemerintah menyiapkan alternatif. Ia menilai lithium ferro phosphate (LFP) bisa menjadi alternatif pengganti nikel.
“Karena mobil kebutuhannya besar sekali terutama untuk EV battery besar sekali, mereka mesti mencari alternatif. LFP ini adalah alternatif. Tetapi baterai terutama gadget tetap harus menggunakan nikel, karena yang digunakan untuk yang gadget-gadget itu belum ada substitusi,” kata Lutfi.
Mantan Kepala BKPM ini menjelaskan LFP sudah dipakai oleh baterai kendaraan listrik baru. Ia menepis nikel kalah bersaing, karena komoditas ini lebih superior dibandingkan LFP.
ADVERTISEMENT
“Bukan berarti nikel ini kalah, nikel ini masih lebih superior banyak dari LFP karena dia ini lebih diterima. Di Amerika charger-charger masih pakai NMC (Nikel Mangan Cobalt),” ujar Lutfi.
Lutfi menemukan harga nikel sempat turun di tahun 2019. Ia menduga harga nikel turun disebabkan oleh pelaku pasar tidak suka komoditas tersebut dikuasai oleh segelintir pihak khususnya dari China.
“Saya punya teori sendiri, ini ada orang yang enggak suka emang sengaja dimatikan di London Metal Exchange. Tapi kita gak mau berspekulasi gitu kan ya, market is market tapi bahwasannya ada orang-orang besar yang kepingin mengontrol permainan ini, itu teori tersendiri,” ujar Lutfi.
Lutfi ingin Indonesia bisa menjadi negara industrialisasi. Sebab, industrialisasi adalah kunci negara keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap).
ADVERTISEMENT
“Kita ada deadline, kalau tidak industrialisasi, telat dan tidak melaksanakan pada hari ini juga, maka kita tidak bisa keluar middle income trap 2038-2040 kita selesai,” tutur Lutfi.