Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Ekspor Mebel dan Kerajinan RI Lesu, HIMKI Intip Kinerja Eksportir di Vietnam
29 Agustus 2024 10:43 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) menemui Binh Duong Furniture Assosiation (BIFA), untuk mempelajari lebih lanjut cara meningkatkan kinerja ekspor produk mebel dan kerajinan.
Head of International Inter-Institutional Relations HIMKI, Marthunus Fahrizal, menjelaskan kinerja ekspor produk mebel dan kerajinan Indonesia selalu positif hingga mencapai puncaknya pada 2021. Namun, setelah pandemi COVID-19, trennya terus menurun.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dihimpun HIMKI, pada 2021 ekspor mebel dan kerajinan Indonesia mencapai hampir USD 3,5 miliar, namun turun menjadi USD 3,2 miliar pada 2022, kemudian menjadi USD 2,5 miliar pada 2023.
"Kita sekarang berada di USD 2,5 miliar. Saya pikir di Vietnam hampir USD 15 miliar, sekitar 5 kali lipat dari kita," katanya saat di kantor BIFA, Binh Duong, Vietnam, Rabu (28/8).
Berdasarkan data BPS, ekspor furnitur dan kerajinan Indonesia pada Januari-Maret 2024 secara kumulatif mengalami penurunan sebesar 4,01 persen. Kelompok furnitur atau mebel pada tahun ini mengalami kenaikan tipis sebesar 1,15 persen, sedangkan kelompok kerajinan turun 17,26 persen.
ADVERTISEMENT
Adapun kontribusi ekspor terbesar pada kelompok furnitur masih didominasi oleh produk furnitur kayu, yakni 53,77 persen, disusul furnitur rotan 5,89 persen dan furnitur logam 3,37 persen.
Marthunus menyebutkan, Amerika Serikat masih mendominasi porsi ekspor baik itu produk mebel dan kerajinan, yakni masing-masing 54 persen dan 48 persen. Kemudian disusul oleh Jepang, Belanda, Jerman, dan Korea Selatan.
"Kita mulai ke India dan mudah-mudahan ke Vietnam, Ho Chi Minh. Mungkin kita bisa berkolaborasi untuk itu," ujar Marthunus.
Tantangan Industri Mebel Indonesia
Dia menyebutkan, beberapa tantangan ekspor mebel dan kerajinan Indonesia yakni krisis pandemi COVID-19, kemudian konflik geopolitik Rusia dan Ukraina, serta perlambatan ekonomi di China.
Tak hanya itu, Marthunus juga mengungkapkan isu lain seperti EU Deforestation Regulation (EUDR) yang akan berlaku awal 2025, dapat menjegal produk olahan kayu Indonesia masuk ke pasar Uni Eropa sebab komoditas dan produk harus dapat ditelusuri asal usulnya atau dapat ditelusuri hingga ke lahan tempat diproduksi.
ADVERTISEMENT
Kemudian, tarif angkutan internasional yang naik signifikan pada Mei 2024, disebabkan berbagai faktor seperti kenaikan harga bahan bakar, gangguan rantai pasok, dan peningkatan permintaan jasa angkutan. Rute-rute di Eropa sangat terdampak oleh krisis di Laut Merah.
Sementara itu, President of BIFA Nguyen Liem berharap kerja sama antara HIMKI dan BIFA bisa terus ditingkatkan untuk mengakselerasi kinerja ekspor produk olahan kayu kedua negara.
"Vietnam dan Indonesia adalah dua negara yang memiliki keunggulan dalam mengekspor produk pengolahan kayu, dan menempati peringkat teratas di benua Asia," katanya.
Nguyen menjelaskan, Binh Duong dikenal sebagai ibu kota industri kayu dan menyumbang hampir 50 persen dari total omzet ekspor kayu di Vietnam. Saat ini, ada lebih dari 1.200 perusahaan pengolahan dan ekspor kayu, mencakup 900 perusahaan domestik dan 300 perusahaan asing.
ADVERTISEMENT
Sepanjang semester I tahun 2024, lanjut dia, industri kayu Binh Duong mengekspor sekitar USD 3,2 miliar atau setara 40 persen dari total omzet ekspor kayu dan produk kayu Vietnam yang mencapai USD 7,5 miliar.
"Diharapkan omzet ekspor kayu dan produk kayu Vietnam pada tahun 2024 dapat mencapai rekor USD 17,5 miliar," ungkap Nguyen.
Saat ini, BIFA memiliki anggota lebih dari 350 perusahaan pengolahan kayu domestik. BIFA menargetkan dapat mencapai 550 anggota pada tahun 2030.
Sementara HIMKI memiliki anggota lebih dari 2.500 unit pelaku usaha dengan komposisi 10 persen perusahaan skala besar, 30 persen skala menengah atau sedang, dan 60 persen industri skala kecil.
"Saya yakin bahwa peningkatan kerja sama antara BIFA dan HIMKI akan membawa manfaat bersama bagi organisasi kami dan industri kayu yang lebih luas," pungkas Nguyen.
HIMKI berkesempatan mengunjungi dua pabrik anggota BIFA, yakni Lam Viet Joint Stock Company dan Hiep Long Fine Furniture Company. Keduanya merupakan eksportir produk olahan kayu dengan Amerika Serikat sebagai pasar utamanya.
ADVERTISEMENT
Lam Viet didirikan pada tahun 2002, memproduksi mebel outdoor, indoor, dan peralatan dapur. Saat ini memiliki total 800 karyawan dengan luas area pabrik mencapai 8 hektare.
Kemudian Hiep Long merupakan perusahaan yang berdiri sejak 1993, saat ini memiliki total 600 karyawan dengan luas pabrik 4 hektare. Perusahaan juga memproduksi berbagai macam produk mebel indoor dan outdoor.