Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
El Nino Mengancam, Pemerintah Diminta Segera Evaluasi Produksi dan Stok Gula
26 Juli 2023 10:31 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ketua Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (GAPPMI ) Adhi S. Lukman menjelaskan, dampak buruk dari El Nino bakal mempengaruhi produktivitas lahan tebu yang menjadi bahan baku dari gula. Tanpa ada langkah antisipatif yang dilakukan, maka ketersediaan gula akan terancam sehingga berpotensi memicu kelangkaan di masyarakat.
“Karena ternyata El Nino pengaruhnya besar sekali, kalau tebu itu kan 10 bulan penanamannya, kalau ada El Nino otomatis musim tanam dan sebagainya akan ada pengaruhnya terhadap produktivitas dari tanaman tebu sendiri. Ini yang harus kita antisipasi," jelas Adhi dalam keterangannya, Rabu (26/7).
Adhi mengatakan, industri makanan dan minuman akan mencari alternatif untuk mencari stok gula. Salah satunya dengan berinovasi mencari alternatif pengganti gula, seperti stevia hingga sukralosa.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori, menjelaskan bahwa perlu dilakukan langkah antisipatif untuk memastikan stok gula dapat tercukupi. Dengan demikian, kelangkaan gula di masyarakat dapat dicegah.
“Kalau stok hanya pertengahan atau akhir September, mesti segera dilakukan impor gula mentah. Dugaan saya, kuota dan izin impor sudah dikeluarkan,” jelasnya.
Harga Acuan Pembelian Gula (HAP) yang masih berada di level Rp 12.500 per kg dinilai masih menjadi hambatan bagi industri untuk mengimpor gula. Alasannya, dengan harga tersebut, industri masih mengalami kerugian sekitar Rp 2.000 per kg.
“Makanya penting, setidaknya akhir Agustus, dievaluasi kira-kira produksi gula konsumsi tahun ini berapa. Jika ditambah kuota impor gula mentah untuk diolah jadi gula konsumsi apakah masih cukup memenuhi kebutuhan? Jika tidak, ya jatah impor gula mentah mesti ditambah. Tapi mesti dihitung cermat jumlah dan kapan datang di Indonesia,” kata Khudori.
ADVERTISEMENT
Selain itu, lanjut Khudori, untuk mendorong industri mau melakukan impor dan mencegah shortage gula konsumsi di masyarakat, pemerintah juga diminta untuk segera menetapkan HAP gula yang adil dan tidak merugikan pelaku impor.
Pengamat ekonomi LPEM FEB UI, Teuku Riefky, menjelaskan idealnya HAP gula berada di level Rp 15.000-16.000 per kg. “Apabila dinaikkan ke level level 15.000-16.000 per kg relatif bisa mengimbangi kenaikan harga gula di level global, sehingga berpotensi menjaga keseimbangan pasokan akibat mekanisme pasar dengan adanya penyesuaian harga di pasaran,” ungkap Riefky.
Pemerintah juga harus serius dalam menyikapi penetapan HAP gula ini mengingat gula merupakan salah satu komoditas penting yang berpotensi memicu inflasi yang tidak terkendali maupun kekisruhan seperti kasus kelangkaan minyak goreng yang terjadi pada tahun 2022 yang lalu.
ADVERTISEMENT
“Berkaca dari pengalaman kelangkaan minyak goreng tahun lalu, diperlukan adanya usaha pemerintah untuk menjaga kecukupan stok gula domestik. Potensi kelangkaan gula di dalam negeri memiliki risiko yang relatif tinggi menimbang sudah masuknya tahun politik," tambahnya.