Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Esai Foto: Berlatih Jadi Calon Perawat Lansia di Jepang
6 Oktober 2024 14:30 WIB
·
waktu baca 2 menitWajah orang-orang yang sedang belajar budaya dan bahasa Jepang di sebuah aula pelatihan di Bekasi itu begitu semringah. Mereka hadir dengan penuh semangat.
Ada juga yang sedang mempraktikkan cara merawat lansia . Mereka merupakan peserta pelatihan kerja di Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Hadetama untuk menjadi pengasuh lansia di Jepang.
Tawaran gaji tinggi menjadi daya tarik para peserta ini untuk bekerja di Jepang, upahnya berkisar Rp 15 hingga 30 juta per bulan.
Salah satu peserta pelatihan, Imunel, mengungkapkan ketertarikannya bekerja di Jepang bukan hanya soal gaji, melainkan dilatarbelakangi oleh kesukaannya dengan anime dan budaya Jepang.
Di sini, para peserta diberikan pelatihan soal teknis kerja, berinteraksi dengan orang Jepang, dan belajar memahami budaya dan keyakinan Jepang. Materinya meliputi tata bahasa dasar, pengetahuan tentang kebiasaan kehidupan di Jepang dan tata krama makan.
Para peserta juga diperkenalkan pada konsep 'omotenashi', yaitu prinsip keramahan dan pelayan yang tulus yang menjadi dasar budaya Jepang.
Sejak 2019, LPK Hadetama telah mengirimkan ratusan orang untuk bekerja di Jepang. LPK Hadetama telah menjalin kerja sama dengan berbagai instansi di Jepang untuk memberikan pelatihan yang komprehensif bagi calon pekerja dari Indonesia.
Program pelatihan ini mencakup pelatihan bahasa Jepang, pemahaman budaya, hingga keterampilan teknis seperti perawatan kesehatan dasar, pendampingan lansia, serta prosedur keselamatan dan kenyamanan pasien.
Pelatihan kerja ini didasari permintaan kebutuhan untuk merawat Lansia di Jepang terus meningkat.
Kementerian Dalam Negeri Jepang mencatat, 36,25 juta orang di Jepang berusia 65 tahun ke atas. Jumlah itu hampir 30 persen dari populasi warga Jepang. Pergeseran demografi inilah yang membuat Jepang mencari tenaga pengasuhan dari luar negeri, salah satunya Indonesia.