Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
GoTo Mau Hapus Sebagian Saham Treasury, Ini Dampak Positif ke Kinerja Perusahaan
25 Juli 2024 6:50 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), agenda tersebut yakni pertama, rencana penarikan kembali saham treasuri perseroan yang merupakan saham yang pernah dibeli kembali (share buyback) di tahun 2021 dan 2022.
Perseroan akan mengurangi modal ditempatkan dan disetor perusahaan dengan menarik kembali sebanyak 10.264.665.616 saham Seri A. Saham hasil buyback ini ada di masa sebelum penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) dan saham yang terkait dengan pelaksanaan program stabilisasi harga saham perseroan pasca-IPO (greenshoe).
Besaran saham treasuri yang akan dihapus ini setara dengan 8 persen dari total saham treasuri GOTO yang mencapai 127.063.873.734 per saham per Maret 2024.
Manajemen GOTO menyatakan, penarikan kembali saham itu juga sejalan dengan ketentuan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) 29/2023 tentang Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan oleh Perusahaan Terbuka.
Penarikan kembali saham ini juga tidak ada kaitannya dengan pelaksanaan rencana pembelian kembali saham perseroan yang baru-baru mendapatkan persetujuan pemegang saham pada Juni lalu.
ADVERTISEMENT
Terkait dengan penghapusan saham treasuri, sesuai dengan UU Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT), Pasal 37, juga sudah diatur bahwa saham yang dibeli kembali perseroan terbatas hanya boleh dikuasai perseroan terkait paling lama 3 tahun, dengan demikian GOTO menjalankan kebijakan sesuai UU PT.
Sebagai informasi, dengan penghapusan saham treasuri, laba bersih per saham (earnings per share/EPS) sebuah perusahaan akan menjadi lebih besar karena saham yang ditempatkan dan disetor jumlahnya kian menyusut.
Pada keterbukaan informasi di BEI 9 Juli lalu, GOTO juga baru mengeksekusi sebagian pembelian kembali saham tahap pertama periode Juni 2024 dengan membeli 3.825.00.000 saham seri A atau setara 0,32 persen dari total saham beredar GOTO. Hal ini terlihat dari penambahan saham treasury hasil buyback.
ADVERTISEMENT
Agenda Lain
Adapun agenda kedua yakni perseroan akan mengajukan rencana penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau non-preemptive rights (NPR) alias private placement.
Koesoemohadiani menegaskan, rencana itu diajukan untuk mendapatkan persetujuan pemegang saham setiap tahun agar perseroan tetap memiliki fleksibilitas untuk menghimpun pendanaan, sejalan dengan kebutuhan perseroan, apabila diperlukan, termasuk dalam menghadapi ketidakpastian kondisi makroekonomi pada saat ini.
Pengajuan rencana NPR ini juga tidak serta-merta berarti perseroan akan segera menjalankan rencana itu apabila disetujui pemegang saham, di mana perseroan pada saat ini belum memiliki rencana yang menyebabkan dibutuhkannya pendanaan tambahan.
“Perseroan akan mengajukan rencana ini secara tahunan, walau belum tentu perseroan akan melaksanakan rencana PMTMHMETD tersebut agar perseroan memiliki fleksibilitas yang akan dilaksanakan secara bijak dan penuh kehati-hatian," tambah dia.
ADVERTISEMENT
Pada RUPSLB Juni 2023, perseroan sudah pernah mendapatkan persetujuan PMTHMETD dan sudah dieksekusi pada 10 Oktober 2023 sebanyak 17.045.733.334 saham, atau hanya 14 persen dari target awal. Pihak yang masuk saat itu adalah Bhineka Holdings Limited.
Manajemen GOTO menyatakan penerbitan saham baru ini akan meningkatkan jumlah saham yang dikeluarkan, sehingga diharapkan bisa meningkatkan likuiditas perdagangan saham GOTO.