Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Harga Avtur di Indonesia Dinilai Bukan yang Paling Mahal se-ASEAN
14 September 2024 19:10 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Pernyataan CEO Capital A Berhad, induk perusahaan maskapai penerbangan Air Asia, Tony Fernandez, terkait harga avtur di Indonesia paling mahal se-ASEAN sempat menggemparkan publik. Bahkan, dia menyebut perbedaannya bisa 28 persen.
ADVERTISEMENT
Tony melihat beberapa faktor yang memengaruhi harga avtur di Indonesia bisa mahal. Pertama, Indonesia hanya memiliki satu pemasok avtur yakni PT Pertamina (Persero), serta pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 11 persen lebih dari satu kali.
Pengamat penerbangan, Alvin Lie, tidak sependapat dengan Tony yang menyebut harga avtur di Indonesia paling mahal di ASEAN. Meski begitu, dia juga tidak menampik bahwa harganya bukan yang paling murah, sebab harganya berbeda-beda di setiap bandara.
"Perlu diingat bahwa harga avtur di Indonesia ini variatif. Paling murah itu di Bandara Soekarno-Hatta dan di Batam. Karena ini menyangkut biaya angkut, kemudian juga volume konsumsinya," jelasnya kepada kumparan, Sabtu (14/9).
Alvin melanjutkan, konsumsi avtur di Bandara Soekarno-Hatta besar sehingga lebih efisien, sementara di Bandara Hang Nadim disebabkan Kota Batam merupakan kawasan ekonomi khusus sehingga bebas dari berbagai pajak.
ADVERTISEMENT
Dia mengakui harga avtur di bandara lain memang lebih mahal, contohnya bandara di wilayah timur Indonesia seperti Ambon dan Jayapura. Hal ini, menurutnya, berkaitan dengan volume, biaya angkut, biaya penyimpanan, dan sebagainya.
"Karena satu biaya angkutnya mahal, kedua juga biaya penyimpanannya itu ya. Karena konsumsinya sedikit, sekali angkut itu kan ada volume minimal. Sehingga itu kan dianggap seperti stok matinya di sana itu lama," tutur Alvin.
Meski demikian, Alvin menilai faktor yang memengaruhi mahalnya avtur di Indonesia bukan karena pemasok tunggal. Pasalnya, harga avtur yang dijual Pertamina tetap mengikuti standar harga internasional.
"Kemudian Pertamina ini juga sudah memproduksi avtur sendiri. Jadi 100 persen kebutuhan avtur Indonesia ini sudah diproduksi sendiri oleh Pertamina. Tentunya ini lebih efisien daripada kalau harus impor," kata dia.
ADVERTISEMENT
Alvin lebih menyoroti faktor pengenaan biaya dan pungutan penyaluran avtur, seperti PPN 11 persen yang dikenakan setidaknya dua kali, yaitu kepada Pertamina Patra Niaga ketika membeli avtur dari kilang, serta kepada maskapai penerbangan yang membeli avtur untuk penerbangan dalam negeri.
"Sedangkan untuk penerbangan ke luar negeri itu tidak kena PPN. Jadi ini yang membuat harga avtur untuk penerbangan domestik ini lebih tinggi daripada avtur untuk penerbangan internasional," jelasnya.
Berdasarkan pantauan kumparan di laman resmi Pertamina, Sabtu (14/9), harga avtur memang dibedakan antara penerbangan domestik dan internasional. Contohnya, harga avtur untuk penerbangan internasional di Bandara Soekarno Hatta yaitu USD 0,75 per liter (Rp 11.555), sementara penerbangan domestik Rp 13.211 per liter.
ADVERTISEMENT
Sementara yang paling mahal salah satunya Bandara Frans Kaisiepo di Biak, Papua, harga avtur untuk penerbangan internasional yakni USD 0,88 per liter (Rp 13.558), sementara untuk penerbangan domestik mencapai Rp 15.570 per liter.
Kedua, lanjut Alvin, Pertamina juga terkena berbagai pungutan. Misalnya pungutan dari Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas yang mengenakan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) 0,25 persen dari harga jual.
Kemudian, bandara yang dikelola PT Angkasa Pura Indonesia (API) juga mengenakan throught-put fee atau biaya yang dikenakan per liter melalui pipa maupun tangki. Belum lagi Pertamina harus membangun atau menyewa tempat penyimpanan avtur di bandara (DPPU).
"Jadi setiap liter avtur terjual di bandara itu dipungut biaya oleh Angkasa Pura, dan bahkan juga ada juga konsesi yang harus dibayarkan," imbuh Alvin.
ADVERTISEMENT
Pertamina sendiri memiliki total 72 DPPU di seluruh penjuru Indonesia. Meskipun nantinya penyalur avtur bertambah, Alvin pesimistis badan usaha lain mampu atau ingin mengelola DPPU sebanyak Pertamina.
"Apakah provider lain juga sanggup melayani 72 bandara atau hanya mau melayani bandara besar saja? Kalau hanya melayani bandara besar bagaimana nasib bandara-bandara kecil, apakah dianaktirikan?" tandasnya.
Lebih Murah dari Avtur Singapura
Sebelumnya Pertamina Patra Niaga sebagai Subholding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) memastikan harga avtur kompetitif dan mengikuti aturan yang berlaku di Indonesia.
“Harga publikasi avtur di Indonesia bisa dikatakan cukup kompetitif. Nilai kompetitif harga publikasi avtur milik Pertamina juga setara dan lebih rendah bila dibandingkan dengan harga publikasi per liter di negara yang memiliki kemiripan lanskap geografis,” Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari, Minggu (8/9).
ADVERTISEMENT
Harga avtur yang dijual Pertamina Patra Niaga pada rentang 1-30 September sebesar Rp 13.211/liter. Angka ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan harga avtur di Singapura yang mencapai Rp 23.212/liter pada periode yang sama.
Heppy juga mengatakan, rantai pasok avtur di Indonesia lebih kompleks dibandingkan negara lain. Pertamina bertanggung jawab menyediakan avtur di 72 DPPU yang tersebar di seluruh Indonesia. Pertamina Patra Niaga yang tidak hanya berfokus melayani Avtur pada bandara besar, tetapi juga termasuk bandara kecil yang secara komersial belum tentu menguntungkan.