Harga Nikel Merosot, Bos IBC Klaim Permintaan Global Tetap Tinggi

24 Januari 2024 17:44 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Smelter nikel PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM). Foto: PT Antam
zoom-in-whitePerbesar
Smelter nikel PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM). Foto: PT Antam
ADVERTISEMENT
Harga nikel dunia kini mengalami tren penurunan sejak Maret 2022 ketika berada pada posisi tertingginya yakni USD 47.587 per ton. Berdasarkan London Metal Exchange (LME), Rabu (24/1), harga nikel dunia tercatat USD 16.306 per ton.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho mengatakan, permintaan nikel untuk pasar baterai kendaraan listrik tetap meningkat. Toto melansir data Wood Mackenzie atau WoodMac 2023 yang menyebut kebutuhan nikel untuk industri baterai sekitar 480 kilo ton (kt) atau sekitar 15 persen konsumsi nikel global.
WoodMac adalah perusahaan konsultan global untuk energi terbarukan, energi, dan sumber daya alam. Layanannya mencakup data, analisis, wawasan, acara, dan konsultansi.
"Diperkirakan jumlah ini akan terus meningkat dan pada tahun 2030 kebutuhan nikel untuk industri baterai sebesar 1.260 kt atau sekitar 26 persen konsumsi nikel global," kata Toto dalam keterangannya, Rabu (24/1).
Menurut dia, peningkatan permintaan itu didorong oleh komitmen global untuk mengurangi emisi karbon dan meningkatkan penggunaan kendaraan listrik sebagai bagian dari transisi energi bersih.
ADVERTISEMENT
"Dengan komitmen global untuk mengurangi emisi dan mengadopsi kendaraan listrik, permintaan untuk baterai EV akan terus meningkat, yang pada gilirannya akan mendorong permintaan terhadap nikel," jelasnya.
Direktur Utama IBC Toto Nugroho saat meresmikan akuisisi Gesits dari WIKON, Rabu (14/12/2022). Foto: Dok. Kementerian BUMN
Selain itu, lanjut Toto, dengan kapasitas produksi yang besar dan sumber daya nikel yang melimpah, Indonesia berada dalam posisi yang baik untuk memanfaatkan tren tersebut. Indonesia juga dinilai dapat memperkuat perannya sebagai pemain kunci dalam rantai pasokan baterai EV global, tidak hanya memenuhi permintaan domestik, juga berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan global akan nikel berkualitas tinggi.
"Indonesia sebagai salah satu produsen nikel terbesar di dunia, memainkan peran kunci dalam menyediakan nikel berkualitas yang dibutuhkan untuk pembuatan baterai lithium-ion, yang merupakan komponen vital untuk baterai kendaraan listrik. Nikel meningkatkan densitas energi baterai yang sangat penting untuk meningkatkan jangkauan dan efisiensi EV," kata Toto.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, harga nikel dunia turun karena saat ini banyaknya pasokan nikel RI. Co-Captain Timnas Pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN) Thomas Lembong (Tom Lembong) menyebut, anjloknya harga nikel saat ini dikarenakan hilirisasi nikel di Indonesia yang ugal-ugalan.
Pasar nikel untuk baterai kendaraan listrik (EV) global menunjukkan tren yang meningkat. Menurut data WoodMac tahun 2023, kebutuhan nikel untuk industry baterai sekitar 480 kt atau sekitar 15 persen konsumsi nikel global. Diperkirakan jumlah ini akan terus meningkat, dan pada tahun 2030 kebutuhan nikel untuk industri baterai sebesar 1260 kt atau sekitar 26 persen konsumsi nikel global.
Nikel telah menjadi salah satu sumber daya mineral yang strategis di pasar global, karena bahan baku penting untuk industri baterai kendaraan listrik dan pembangkitan energi geothermal. Permintaannya pun diprediksi akan meningkat seiring tingginya tren energi baru dan terbarukan (EBT).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan prediksi International Energy Agency (IEA), permintaan nikel untuk teknologi bersih akan berkembang hingga 20 kali lipat sampai 2040. Diperkirakan, penjualan nikel dari Asia Tenggara pada 2030 mencapai USD 36,6 miliar dan meningkat lagi hingga USD 40,8 miliar pada 2050. Indonesia, sebagai salah satu penghasil nikel terbesar di dunia, akan menjadi negara yang paling diuntungkan dengan tingginya permintaan ini.
Adapun LFP diperkirakan bakal mendominasi pasar global pada 2027. Namun, permintaan terhadap LFP diyakini tidak akan menurunkan permintaan terhadap nikel. Sebabnya, nikel akan menjadi bahan baku dasar untuk baterai listrik kendaraan besar, seperti bus dan truk. Sedangkan LFP akan diminati menjadi bahan baku kendaraan pribadi.