Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
IBC Siap Produksi 10 GWH Baterai dan 5.000 Stasiun Penukaran Baterai di 2024
27 November 2023 15:56 WIB
ยท
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Indonesia Battery Corporation (IBC ) memantapkan rencana produksi baterai kendaraan listrik pertama sebesar 10 gigawatt per hour (GWH) dan 5.000 stasiun penukaran baterai (swap battery) di tahun 2024,
ADVERTISEMENT
Direktur Utama IBC, Toto Nugroho menuturkan, Kementerian BUMN sudah sepakat untuk mengembangkan industri baterai di Indonesia sampai tahun 2034 dengan tahapan-tahapan yang strategis.
"Bisa dilihat di tahun 2024 kita akan ada 10 GWH pertama, gigawat pertama untuk otomotif. Ini yang kerja sama dengan Hyundai sudah siap beroperasi, dengan LG di Karawang," jelasnya saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII DPR, Senin (27/11).
Toto melanjutkan, perkembangan industri baterai kendaraan listrik dan stasiun penukaran baterai tersebut untuk mendukung bauran energi baru terbarukan (EBT) di tahun 2024 sebesar 13 persen.
"Kemudian juga pengisian sekitar 5.000 stasiun penukaran baterai. Dan intinya bagaimana kita ingin mencapai 13 persen campuran energi terbarukan di 2024, mendukung ke arah sana," lanjut Toto.
ADVERTISEMENT
Dia menuturkan, di tahun 2034 mendatang Indonesia menargetkan produksi 50 GWH baterai kendaraan listrik, baik itu untuk kendaraan listrik roda empat maupun roda dua.
Sementara target produksi baterai kendaraan listrik di tahun 2035, Toto memprediksi potensi perkembangannya sudah mendekati hampir 60 GWh. Potensi tersebut setara dengan jutaan unit kendaraan listrik.
"60 GWh ini kalau dari segi roda 4, ini bisa sekitar kurang lebih kebutuhannya hampir 400-600 ribu kendaraan roda 4, dan untuk roda 2 ini bisa mencapai 3 atau 4 juta unit," ungkap Toto.
Selain itu, IBC juga akan memproduksi battery energy storage system (BESS) yang sangat penting untuk pengembangan energi baru terbarukan (EBT), salah satunya menyimpan energi dari pembangkit yang bersifat intermitten.
ADVERTISEMENT
"IBC berperan dalam mendukung tujuan NZE melalui adopsi BESS yang sebenarnya sangat strategis untuk EBT kita hingga 3,5 GWh untuk tahun 2030," kata Toto.
Dia menuturkan, untuk pengembangan BESS IBC memerlukan dukungan rantai pasok dari hulu ke hilir, seperti bersama PT Antam Tbk (Persero) dan Contemporary Amperex Technology Co., Limited (CATL) untuk mengembangkan ekosistem baterai.
Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) Bahlil Lahadalia menyebut Indonesia akan menjadi negara ASEAN pertama yang akan memproduksi ekosistem mobil listrik sekaligus baterai EV pada tahun depan.
Dalam pertemuan dengan delegasi Korsel yang dipimpin Menteri Pertanian Korsel Chung Hwang-Keun itu, dibahas masalah perdagangan dan investasi kedua negara di Istana Merdeka Jakarta.
"Indonesia akan menjadi negara ASEAN pertama yang akan memproduksi ekosistem mobil listrik yang baterainya langsung dari Indonesia. Jadi tahun depan kita sudah mempunyai produk baterai mobil, yang kemarin satu tahun lalu dua tahun lalu di-groundbreaking sama presiden di Karawang," kata Bahlil di Kantor Presiden, Senin (15/5).
ADVERTISEMENT
Menurut Bahlil, dalam pertemuan itu Indonesia sudah meneken kontrak kerja sama produksi baterai listrik dengan perusahaan asal Korea Selatan, LG dan Hyundai. Dia mengatakan pabrik baterai listrik 10 gigawatt hasil kerja sama LG dan Hyundai akan diproduksi 2024.