Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Impor KRL Jepang Ditolak dengan Alasan TKDN, Kini Beli Buatan China
2 Februari 2024 13:38 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Polemik impor rangkaian KRL kini memasuki babak baru. Setelah tarik ulur rencana impor KRL bekas dari Jepang berujung penolakan, kini pemerintah memutuskan membeli 3 rangkaian kereta baru.
ADVERTISEMENT
"KRL Jepang tergusur oleh KRL China. Itu rasanya pas sebagai komentar atas berita pemerintah memfasilitasi PT KCI melalui induk Perusahaan PT KAI impor kereta komuter baru dari China," komentar pengamat transportasi Darmaningtyas atas keputusan pemerintah tersebut.
Menilik ke belakang, perdebatan soal impor kereta ini dimulai sejak pertengahan tahun 2022 hingga mendekati akhir 2023 atau lebih dari setahun. Kereta bikinan Jepang yang bakal diimpor, kata Darmaningtyas, memang bekas namun masih bisa digunakan hingga 15 tahun ke depan.
Rencana impor tersebut sesuai dengan kebutuhan KCI untuk mengganti sarananya yang sudah melampaui batas usia pemakaian, sambil menunggu pengadaan sarana baru oleh PT INKA dapat diwujudkan pada akhir 2025.
Sayangnya akhir dari perdebatan itu adalah pemerintah, melalui Kementerian Perindustrian, melarang impor kereta dari Jepang dengan alasan tidak mendukung pengembangan TKDN (tingkat komponen dalam negeri).
ADVERTISEMENT
"Padahal sudah dijelaskan, ketika kereta tiba di Indonesia dan untuk bisa dioperasikan itu perlu perbaikan terlebih dahulu, termasuk penggantian AC sehingga ada komponen dalam negeri," tuturnya.
Kemudian pada 31 Januari 2024, KAI Commuter bersama CRRC Sifang Co., Ltd melakukan penandatanganan kontrak kerja sama pengadaan sarana kereta rel listrik (KRL) baru di Beijing, China. Isi kontrak adalah pengadaan 3 rangkaian KRL Baru Impor oleh CRRC Sifang, China dengan total investasi sekitar Rp 783 miliar.
"Pertanyaannya adalah memang kereta baru dari China ada TKDN-nya kah? Kalau tidak, ini sebetulnya upaya untuk menggusur keberadaan KRL dari Jepang dengan produk-produk dari China," ujarnya.