Inflasi AS Tembus 2,4%, Investasi Aset Kripto Diprediksi Sentuh Level Tertinggi

14 Oktober 2024 18:46 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi platform pertukaran kripto FTX. Foto: Sergei Elagin/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi platform pertukaran kripto FTX. Foto: Sergei Elagin/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Inflasi Amerika Serikat (AS) pada September 2024 mencapai 2,4 persen secara tahunan (year on year/yoy), melebih proyeksi pasar sebesar 2,3 persen (yoy). Hal ini diprediksi akan mendorong investasi di aset berisiko tinggi, seperti aset kripto.
ADVERTISEMENT
Selain itu, inflasi inti AS, di luar harga energi dan makanan, juga mencatat peningkatan menjadi 3,3 persen (yoy), melampaui prediksi yang sebesar 3,2 persen (yoy).
Berdasarkan data Indodax, Senin (14/10), harga Bitcoin (BTC) saat ini berada di sekitar harga USD 62.000 dan sempat berada di USD 59.000 setelah laporan inflasi Amerika Serikat (Consumer Price Index atau CPI) untuk bulan September menunjukkan hasil yang melebihi ekspektasi.
"Kondisi ini menjadi salah satu faktor utama yang membuat harga Bitcoin belum dapat melewati angka USD 64.000, meskipun diharapkan adanya dorongan dari pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve beberapa waktu lalu," ujar CEO Indodax, Oscar Darmawan, dalam laporannya, Senin (14/10).
Dia melanjutkan, inflasi yang lebih tinggi dari prediksi dapat mempengaruhi berbagai kelas aset, misalnya aset berisiko seperti Bitcoin. Sementara penurunan suku bunga biasanya dianggap sebagai sinyal positif bagi aset digital dan komoditas lainnya, kenyataannya efek dari kebijakan moneter ini belum terasa dalam jangka pendek.
ADVERTISEMENT
Pada September 2024, Federal Reserve telah menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin sebagai langkah untuk meredam inflasi dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun, langkah tersebut belum cukup memberikan dorongan signifikan bagi harga Bitcoin untuk mengalami lonjakan yang lebih tinggi.
Banyak pelaku pasar memperkirakan adanya potensi pemangkasan suku bunga tambahan sebesar 25 basis poin pada pertemuan November 2024. Namun setelah data inflasi terbaru yang lebih tinggi dari ekspektasi, potensi untuk adanya pemangkasan suku bunga tambahan semakin berkurang
"Inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan memberikan tekanan tambahan pada aset berisiko seperti Bitcoin. Langkah Federal Reserve menurunkan suku bunga memang diharapkan mampu memberikan angin segar bagi pasar kripto. Namun, kenyataannya, pasar masih merespons dengan hati-hati," kata Oscar.
ADVERTISEMENT
Oscar mengatakan, ketidakpastian ekonomi global ditambah dengan perkembangan geopolitik yang terus berubah, turut mempengaruhi sentimen pasar secara keseluruhan.
Saat ini, pasar kripto secara keseluruhan sedang berada dalam fase konsolidasi, dengan banyak investor yang masih mengadopsi pendekatan wait-and-see. Menurut Oscar, potensi pemangkasan suku bunga yang biasanya menjadi katalis positif bagi Bitcoin, belum mampu mengatasi tekanan negatif dari kondisi ekonomi global yang tidak stabil.
"Banyak investor yang masih menunggu kejelasan lebih lanjut dari arah kebijakan Federal Reserve sebelum mengambil keputusan investasi yang lebih agresif," tambahnya.
Meskipun begitu, Oscar tetap optimistis bahwa dalam jangka menengah hingga panjang, Bitcoin memiliki peluang untuk kembali menguat, terutama jika inflasi berhasil ditekan dan kebijakan moneter mulai melonggar.
ADVERTISEMENT
"Dibalik tekanan jangka pendek ini, saya melihat peluang yang cukup besar untuk Bitcoin dapat pulih, terutama jika kondisi ekonomi global membaik dan pelonggaran moneter terjadi lebih lanjut," jelasnya.
***
Disclaimer: Keputusan investasi sepenuhnya didasarkan pada pertimbangan dan keputusan pembaca. Berita ini bukan merupakan ajakan untuk membeli, menahan, atau menjual suatu produk investasi tertentu.