Ini Biang Kerok Impor Pertanian Indonesia Tembus Rp 117 Triliun

18 Oktober 2024 7:44 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja memilah buah impor yang dijual disalah satu agen penjualan buah buahan, di Pasar Baru, Bekasi, Jawa Barat. Foto: ANTARA FOTO/Risky Andrianto
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja memilah buah impor yang dijual disalah satu agen penjualan buah buahan, di Pasar Baru, Bekasi, Jawa Barat. Foto: ANTARA FOTO/Risky Andrianto
ADVERTISEMENT
Persoalan lahan disebut jadi biang kerok meningkatnya angka importasi sektor pertanian per Agustus 2024. Kementerian Perdagangan (Kemendag) melaporkan nilai impor sektor pertanian Indonesia telah mencapai USD 7,58 miliar hingga Agustus 2024.
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Kebijakan Perdagangan, Kementerian Perdagangan, Fajarini Puntodewi mengatakan angka tersebut meningkat 5,24 persen jika dibandingkan dengan pencapaian tahun 2023. Dia pun membeberkan alasannya.
"Banyak sekali tantangannya, salah satunya lahan. Sementara lahan Indonesia kan luas ya. Hanya kan ini bagaimana menentukan lahan yang tepat yang memang lahannya bagus untuk pertanian sehingga bisa menghasilkan output yang membantu mencapai peningkatan pertumbuhan ekonomi 8 persen," kata Fajarini dalam acara Gambir Trade Talk di Jakarta, Kamis (17/10).
Pekerja memisahkan biji gandum dari puing-puing gudang yang dihancurkan oleh serangan militer Rusia di desa Yulivka, wilayah Zaporizhzhia, Ukraina. Foto: STR/REUTERS
Fajarini merinci, impor produk pertanian sepanjang 2024 didominasi oleh biji gandum dengan nilai impor sebesar USD 1,93 miliar dengan pangsa 25,41 persen.
Selanjutnya, impor kedelai tercatat sebesar USD 1,01 miliar dengan pangsa 13,36 persen dan gandum senilai USD 636 juta dengan pangsa 8,39 persen. Diikuti oleh impor serat kapas sebesar USD 556 juta dengan pangsa 7,34 persen dan impor biji kakao senilai USD 532 juta dengan pangsa 7,02 persen.
ADVERTISEMENT
"Selama periode tahun 2019-2023 nilai impor pertanian rata-rata tumbuh 6,95 persen per tahun," ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Fajarini membeberkan sejumlah tantangan perdagangan nasional dan global, meliputi gejolak harga pangan dan energi, di mana stabilitas harga, ketersedian pasokan, menjadi salah satu tantangan perdagangan.
"Perkembangan geopolitik global. Invasi Rusia ke Ukraina, konflik Israel dan Palestina, ketegangan di pasifik. Kemudian adanya gangguan logistik, distribusi dan rantai pasok. Selain itu isu lingkungan seperti meningkatnya pandemi dan endemi, serta ekonomi hijau," tuturnya.