Intip Kinerja PayTren yang Disebut Wirda Mansur Mau Dibeli Investor Rp 4 Triliun

13 April 2022 11:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
clock
Diperbarui 23 Juni 2022 21:20 WIB
comment
12
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Yusuf Mansur dan anaknya Wirda Mansur. Foto: Instagram/@wirda_mansur
zoom-in-whitePerbesar
Yusuf Mansur dan anaknya Wirda Mansur. Foto: Instagram/@wirda_mansur
ADVERTISEMENT
Wirda Mansur angkat bicara terkait video sang ayah, Yusuf Mansur yang viral beberapa waktu terakhir lantaran berbicara dengan tensi tinggi soal bisnis PT PayTren Aset Manajemen.
ADVERTISEMENT
Dalam video tersebut, Yusuf Mansur seakan membutuhkan dana sekitar Rp 1 triliun untuk membesarkan Paytren.
"Bisa saya ngajak ngomong Anda semua, butuh duit Rp 1 triliun buat ngegedein Paytren? Bisa?,” kata Yusuf Mansur berapi-api dalam video tersebut.
Namun menurut Wirda seperti dikutip dari story instagramnya @wirda_mansur, Rabu (13/4) uang Rp 1 triliun bukan lah perkara besar. Pasalnya, ada salah satu investor yang sempat menawarkan saham Paytren senilai Rp 4 triliun di 2018.
“Paytren pengen dibeli sahamnya sekian persen, dengan angka 4 TRILIUN Rupiah, dengan di tahun tersebut,” tulis dia.
Wirda Mansur. Foto: Instagram/@wirda_mansur
Tak hanya itu, Wirda juga membeberkan kalau investor tersebut adalah perusahaan besar. “Investor ini GEDE BANGET, salah 1 pioneer apps transportasi yang kalo disebutin merknya kalian pasti tau lah siapa,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Adapun menurutnya, saat itu PayTren merupakan e-wallet pertama di Indonesia. Namun berjalannya waktu, sang ayah memutuskan untuk tidak menjual PayTren kepada sang investor.

Kinerja PayTren Asset Manajemen

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), PayTren Asset Manajemen (PAM) sudah masuk pasar modal syariah Indonesia sejak 24 Oktober 2017.
Dengan pemegang saham mayoritas dipegang Yusuf Mansur sendiri sebesar 94 persen dan Deddi Nordiawan 6 persen.
PayTren memiliki modal dasar Rp 25 miliar dan modal disetor Rp 17,65 miliar. Awalnya, PayTren memiliki tiga produksi reksa dana yang ditawarkan yakni, PAM Syariah Saham Dana Falah (reksa dana saham), PAM Syariah Likuid Dana Safia (reksa dana pasar uang), dan PAM Syariah Campuran Dana Daqu (reksadana campuran).
ADVERTISEMENT
Namun, kini hanya tersisa satu yang aktif diperdagangkan yakni, PAM Syariah Likuid Dana Safia (reksa dana pasar uang). Sementara dua lainnya, telah dilikuidasi OJK karena dana kelolanya berada di bawah batas minimal yang dipersyaratkan.
Kinerja Reksa Dana PAM Syariah Likuid Dana Safia (reksa dana pasar uang) pun tidak terlalu moncer. Terlihat dari total dana kelolaan (AUM) PayTren menyusut menjadi hanya Rp 1,61 miliar.
Padahal di Desember 2021, total AUM PayTren mencapai Rp 13,08 miliar. Bahkan, di Desember 2019, total AUM PayTren mencapai Rp 32,86 miliar.
Ilustrasi PayTren Foto: kumparan
Kabar terbaru, PayTren mengumumkan rencana menjual 100 persen saham perseroan kepada investor baru.
Meski terjadi penyusutan kinerja, PayTren masih optimistis bisa menggaet investor. Hadirnya investor baru ini pun dinilai bisa mencapai visi dan misi PayTren, salah satunya menjadi manajemen aset syariah pertama di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PayTren Ayu Widuri menyebut, sudah ada calon investor yang bersedia membeli saham PayTren. "Insyaallah sudah ada. Calon pembeli belum bisa diinfokan karena saat ini masih dalam proses perizinan,” ungkapnya kepada kumparan, Minggu (20/3).
****
kumparan bagi-bagi starter pack kuliah senilai total Rp 30 juta untuk peserta SNMPTN 2022. Lolos atau nggak, kamu bisa tetap ikutan, lho! Intip mekanismenya di LINK ini.