Kendala Fintech Tingkatkan Keuangan Digital UMKM: Akses Internet hingga Literasi

30 September 2022 21:50 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum Dewan Pengurus Harian Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) Pandu Patria Sjahrir. Foto: Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum Dewan Pengurus Harian Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) Pandu Patria Sjahrir. Foto: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Dewan Pengurus Harian Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech), Pandu Sjahrir, membeberkan sederet tantangan dalam meningkatkan pemerataan akses layanan keuangan digital kepada masyarakat Indonesia, terutama pelaku UMKM.
ADVERTISEMENT
Pandu mengatakan salah satu tantangannya adalah dari segi kesenjangan infrastruktur dan teknologi di daerah pedesaan. Selain itu, kurangnya literasi teknologi, akses internet, dan disparitas pendapatan juga menjadi tantangan yang harus dihadapi.
"Untuk literasi digital ini salah satunya kumparan banyak fokus sharing informasi kepada bapak-bapak dan ibu-ibu semua," ujar Pandu saat Master Class Batch 3, Jumat (30/9).
Pandu melanjutkan untuk tantangan akses internet, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan pemerintah untuk memperluas akses baik 4G maupun 5G di Indonesia, serta peningkatan infrastruktur yang mapan juga terus digencarkan.
"Dan literasi keuangan itu semua pemain (fintech) saya rasa banyak yang fokus kepada literasi keuangan. Untuk hambatan ekspansi memang banyak sekali keinginan untuk fokus investasi ke sektor fintech," tutur Pandu.
ADVERTISEMENT
Tidak sampai di situ, tantangan juga datang dari kesenjangan keterampilan terutama melibatkan keterampilan khusus terkait teknologi dan informasi (TI). Dia memaparkan infrastruktur IT yang banyak digunakan fintech seperti open banking API, e-KYC, fraud database, infrastruktur cloud, dan infrastruktur pembayaran.
"Ini juga ada beberapa hal yang banyak menjadi tantangan, yaitu keamanan siber, data dan analitik, dan pemrograman. Keamanan siber sekarang menjadi top of mind apalagi kasus hacking akhir-akhir ini jadi fokus utama banyak pelaku industri," ungkap Pandu.
Pandu menjelaskan beberapa untuk mengatasi kesenjangan keahlian di sektor fintech. Pertama yaitu In-house training, rekrutmen dari lembaga keuangan dan beberapa perusahaan serupa. Selain itu, harus ada perluasan kurikulum pelatihan internal saat ini.
"Masih ada ruang bagi pemerintah untuk membantu mengatasi kesenjangan keterampilan seperti misalnya bekerjasama dengan lembaga pendidikan untuk meningkatkan kualitas pengajaran TI," tandasnya.
ADVERTISEMENT