Kepercayaan Industri Turun, Kemenperin Sebut Akibat Relaksasi Impor

31 Juli 2024 16:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jubir Kemenperin Febri Hendri Antoni. Foto: Dok. Kemenperin
zoom-in-whitePerbesar
Jubir Kemenperin Febri Hendri Antoni. Foto: Dok. Kemenperin
ADVERTISEMENT
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) merilis Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Juli 2024 masih mencatatkan fase ekspansi, sebesar 52,4. Namun, indeks ini turun 0,10 poin dibandingkan Juni 2024 sebesar 52,5 dan turun 0,51 poin dibandingkan Juli 2023.
ADVERTISEMENT
"IKI Juli 2024 52,4 poin. Artinya melambat 0,10 poin dibandingkan Juni 2024 sebesar 52,5 (poin), kalau dibandingkan pada IKI bulan Juli tahun lalu juga turun sebesar 0,51 poin," kata Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arif di Kantor Kemenperin, Rabu (31/7).
Febri bilang, salah satu penyebab penurunan IKI adalah lantaran adanya kebijakan relaksasi impor pada Mei 2024 lalu. Hal ini juga turut menurunkan optimisme pelaku industri terhadap usahanya selama enam bulan ke depan.
"Tren peningkatan optimisme industri sejak akhir tahun 2023 mulai terhenti di bulan Mei 2024. Mei ada kebijakan relaksasi impor, ketika ada 26 ribu kontainer yang tertahan di pelabuhan. Setelah Menko Perekonomian dan Menkeu melepas kontainer tersebut, itu kami menilai IKI mengalami sedikit penurunan, terutama pada industri tekstil," jelas Febri.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Febri juga menyebutkan pelemahan rupiah juga turun berdampak pada kinerja industri. Sehingga ada tiga subsektor industri manufaktur yang mengalami peningkatan pesimisme pelaku usaha untuk kegiatan usahanya selama enam bulan ke depan.
"Ada 3 subsektor yang mengalami peningkatan pesimisme untuk kegiatan usahanya enam bulan ke depan, industri tekstil, industri mesin dan YTDL dan KBLI 30 subsektor industri alat angkut lainnya terutama industri sepeda motor," imbuh Febri.
Febri juga mempertanyakan pernyataan Askolani mengenai screening yang dilakukan oleh PIC. "Artinya nggak pernah ada masalah dengan Permendag 36/2023, lalu kenapa Menkeu dan Menko (Perekonomian) menginisiasi Permendag 8?," tutur Febri.
Dari sisi variabel pembentuk IKI, variabel persediaan produk meningkat 0,48 poin jadi 55,53. Sedangkan variabel pesanan baru turun menjadi 52,92 dari semula 54,78 poin, lalu variabel produksi juga naik menjadi 49,44 dari Juni 2024 sebesar 46,99.
ADVERTISEMENT
Febri menjelaskan sebanyak 21 subsektor di antaranya mengalami ekspansi atau mengantongi skor lebih dari 50 dengan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) industri pengolahan nonmigas sebesar 93,4 persen. Sementara, 3 subsektor di antaranya mengalami kontraksi atau mengantongi skor di bawah angka 50 poin.
"Terdapat 3 subsektor yang mengalami kontraksi, dengan kontribusi share PDB (ke industri pengolahan nonmigas) mencapai 6,4 persen, (meliputi) industri tekstil, industri kertas barang dari kertas industri mesin dan barang peralatan YTDL (yang tidak diklasifikasikan)," jelas Febri.
Secara umum, kegiatan usaha industri pengolahan pada Juli, lanjut Febri, meningkat sebesar 1,2 persen. Selain itu, persentase responden yang menjawab kondisi usahanya meningkat juga naik dari 75,4 persen menjadi 76,6 persen.
ADVERTISEMENT
Lalu persentase pelaku usaha yang menyatakan kondisi usahanya membaik mengalami penurunan 0,7 persen pada angka 30,7 persen jika dibandingkan dengan Juni 2924 sebesar 31,4 persen. Kendati demikian, angka tersebut lebih besar dari responden yang mengaku usahanya dalam keadaan menurun pada Juli 2024 yang sebesar 23,3 persen.