Kisah Pilu Korban Investasi Ilegal Binary Option, Kerugian Capai Rp 100 Juta

3 Februari 2022 18:31 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
clock
Diperbarui 10 Maret 2022 14:50 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Trading Forex. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Trading Forex. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Trading online ilegal berkedok investasi melalui domain binary option atau opsi biner memakan ribuan korban. Kerugiannya tidak main-main, ada yang ratusan juta hingga miliaran rupiah.
ADVERTISEMENT
Seperti yang dialami Nagas. Warga Kota Baubau, Sulawei Tenggara, ini menjadi salah seorang korban investasi binary option. Nagas mengungkapkan kerugiannya mencapai USD 7.000 atau Rp 100 juta karena trading di salah satu domain binary option, Olymptrade. Nagas mengatakan mulai mengetahui Olymptrade di awal 2019.
Memasuki masa pandemi COVID-19, ia bingung bagaimana cara menambah pemasukan. Lalu dia kepincut dengan video Youtube salah satu influencer investasi dan trading yang memperlihatkan bagaimana mendapatkan keuntungan besar dari trading di Olymptrade.
"Setelah sekitar 3 bulan, saya mencoba mendownload aplikasinya di Playstore. Lalu saya bermain sekaligus belajar di akun demonya dulu. Setelah saya yakin mampu, saya menggunakan indikator-indikator yang ada di platform tersebut," kata Nagas kepada kumparan, Kamis (3/2).
ADVERTISEMENT
Dia akhirnya berani deposit sebesar USD 200 atau sekitar Rp 2,8 juta untuk pertama kalinya dan registrasi melalui link yang disematkan di video Youtube influencer tersebut. Influencer itu ternyata merupakan affiliator Olymptrade. Dia diberi tahu jika daftar melalui link itu bisa mendapatkan bonus deposit 100 persen.
Ilustrasi Trading Forex. Foto: Shutter Stock
Selanjutnya, Nagas memulai kegiatan tradingnya dan bergabung ke dalam grup Telegram yang dibuat oleh affiliator tersebut bersama para investor lainnya. Di sana, dia mendapatkan arahan dan mempelajari teknik-teknik trading binary option.
"Bulan pertama saya trading, saya profit, dan dari situ lah saya berani untuk deposit lebih besar lagi menjadi USD 1.000. Namun makin lama saya trading secara tidak langsung saya sering kebanyakan loss-nya ketimbang profit," tutur Nagas.
ADVERTISEMENT
Dalam grup telegram tersebut terdapat agenda trading bareng atau Trabar bersama investor lain. Selama Trabar, affiliator memberikan arahan pada menit ke berapa investor harus melakukan buy atau sell. Jika investor buy ketika indikator naik, berarti mendapatkan profit. Begitu sebaliknya, jika turun berarti loss.
Selama proses tersebut, Nagas menyebutkan ada yang namanya sistem kompensasi. Investor yang mengalami loss bisa menutup kerugiannya dengan menombok lagi uang hingga dua kali lipat agar uang loss tersebut bisa kembali.
"Misal open posisi USD 1, kita gandakan USD 2,5 untuk menutupi loss itu, karena profit kita dapat bukan 100 persen, tapi cuma 80-82 persen. Kalau kita pasang USD 1 lagi, tidak akan tertutupi modal yang sudah loss tadi, karena kita hanya akan dapat USD 0,8. Jadi selain kita menutupi loss kita, kita langsung dapet USD 1 juga," jelas Nagas
ADVERTISEMENT
Karena ada sistem kompensasi tersebut, dia seperti tidak sadar terus menggelontorkan uangnya untuk trading di Olymptrade. "Sudah enggak punya duit saya, sertifikat tanah saya jual. Saya berusaha untuk mengkompensasi kekalahan yang sebelumnya, karena secara tidak langsung kita seperti disugesti," ucapnya.
Sampai akhirnya, Nagas mendapatkan informasi dari seorang penasihat khusus trading di pertengahan 2021. Dia diberi tahu bahwa affiliator mendapatkan keuntungan 60-70 persen dari kerugian investor. Adapun brokernya mendapatkan porsi 30 persen.
Sejak saat itu, dia pun yakin jika trading yang dia lakukan selama ini telah dimanipulasi, baik oleh broker maupun pihak affiliator, karena mereka mendapatkan keuntungan dari uang loss atau kerugian investor. Dia akhirnya berhenti.
Ilustrasi Trading Forex. Foto: Shutter Stock
Para korban affiliator trading binary option dari berbagai domain pun berbondong-bondong buka suara terkait kerugian mereka. Nagas mengungkapkan, para korban berkumpul di satu grup telegram yang saat ini jumlah anggotanya sudah lebih dari 8.000 orang.
ADVERTISEMENT
Semua korban tersebut tidak ada yang berhasil dalam trading binary option. Nagas berkata, mereka selalu mendapatkan profit di awal, namun setelahnya selalu mengalami loss hingga mengalami kerugian sampai miliaran rupiah dan harus menjual asetnya seperti mobil dan rumah.
"Kami sebenarnya sudah masuk tahap koordinasi, kita tunggu Mabes Polri bertindak, kita sudah masukkan laporan. Mudah-mudahan polisi bertindak nyata, kalau bisa mereka ditangkap. Walaupun duit kita enggak bisa balik yang penting mereka dihukum seberat-beratnya," tegas dia.