Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Satu per satu, kebijakan ganjil mantan Direktur Utama Garuda Indonesia, I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra alias Ari Askhara, terungkap ke publik. Sederet kebijakan tersebut nyatanya tak hanya berdampak terhadap internal Garuda Indonesia, melainkan sudah menyasar kepada konsumen.
ADVERTISEMENT
Pramugari senior Garuda Indonesia, Yosephine Chrisan Ecclesia, mengklaim bahwa semasa menjabat, Ari Askhara menelurkan kebijakan untuk mengurangi hak-hak konsumen pada penerbangan tertentu. Ia mencontohkan dalam satu penerbangan, konsumsi yang diperuntukan bagi konsumen dikurangi porsinya.
“Misalnya, penerbangan Jakarta-Banjarmasin yang ditempuh 1 jam 15 menit, dari push back, taksi, sampai block on itu jadi sekitar 1 jam 40 menit, biasanya penumpang dapat makanan berat nasi atau mie. Tapi, sekitar 4 bulan ke belakang, entah karena efisiensi atau apa, makanan berat itu diubah menjadi snack. Penumpang kan jadi bertanya-tanya padahal harga tiket tidak turun,” ujar Yosephine ketika berbincang di Kantor Redaksi kumparan, Jakarta Selatan, Selasa (17/12).
Selain persoalan konsumsi, masalah lain yang kerap ditemui ialah layar video di kabin pesawat yang tak berfungsi. Menurutnya, dengan kondisi tersebut, penumpang seharusnya mendapatkan kompensasi Rp 100.000. Saat kondisi tersebut disampaikan ke Dewan Direksi, Ari Askhara meminta tak perlu menggubris persoalan seperti itu. Baginya, penumpang tak perlu menuntut banyak karena harga tiket yang murah.
ADVERTISEMENT
“Waktu kami sampaikan keluhan itu di sharing session dengan direksi, AA (Ari Askhara) sendiri yang mengatakan bahwa masalah kompensasi Rp100.000 itu tidak usah diurusin. Penumpang sudah dapat tiket murah, jadi wajar kalau ada kurangnya sedikit, katanya dia begitu,” katanya.
“Maksudnya dia apa? Direktur kok enggak mau bikin konsumen puas, padahal kepuasan konsumen itu penting. Kami yang lihat penumpang bosan selama penerbangan tanpa layar video itu juga ‘kan rasanya enggak enak,” ucap Yosephine.
Hak konsumen lainnya yang dikurangi, lanjut Yosephine, ialah bahan bacaan untuk konsumen. Dalam 6-7 bulan terakhir, Ari Askhara disebut sengaja memutus kontrak dengan sejumlah media yang biasa menyediakan layanan di dalan kabin.
“Garuda kan terkenal lumayan lengkap bahan bacaannya, tapi karena ada media-media tertentu yang pernah mengkritisi Garuda Indonesia tidak dilanjutkan kontraknya. Di sini terlihat Ari Askhara orangya anti kritik. Karena penumpang kami kan berasal dari berbagai kalangan, jadi sebenarnya mereka juga sudah banyak yang tahu berarti Garuda sakit hati sama media A dan B,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT