Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konsumsi Masyarakat Melambat, Pemerintah Mau Lanjutkan Program Bebas PPN
6 Mei 2024 15:30 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Suahasil Nazara mengatakan, pemerintah akan melanjutkan insentif Pajak Pertambahan Nilai yang Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) demi meningkatkan konsumsi rumah tangga dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Hal ini merespons angka konsumsi rumah tangga yang tumbuh melambat menjadi 4,91 persen di kuartal I 2024. Padahal di periode yang sama di tahun lalu tingkat konsumsi rumah tangga mencapai 5,04 persen.
Adapun perolehan tersebut cenderung di bawah angka pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada di level 5,11 persen di kuartal I 2024.
“Kita lihat kemarin Pemilu kontribusi besar karena kita lihat angka konsumsi rumah tangga (nggak) cukup tinggi. Kita ingin sih bisa di atas 5 persen konsumsi rumah tangganya,” ungkap Suahasil di Istana Negara Jakarta, Senin (6/5).
“Insentif pemerintah juga kan jalan terus PPN DTP, non biaya administrasi, mudah mudahan bisa mendorong konstruksi dan kemudian mendorong investasi di quarter mendatang. Basis bagus cuma kita pengin lebih tinggi lagi,” tambah dia.
ADVERTISEMENT
Suahasil juga menyebut, terkait pernyataan Presiden Jokowi kembali mengingatkan kondisi ekonomi global saat ini sedang tidak baik-baik saja. Menurut kepala negara, banyak negara kini menuju arah resesi, dua di antaranya adalah Inggris dan Jepang.
"Kita tau beberapa negara termasuk pada resesi, Jepang, inggris, dan beberapa negara eropa berada pada posisi menuju ke sana, menuju pada resesi," kata Jokowi dalam acara Musrenbangnas yang berlangsung di JCC, Senayan, Jakarta, Senin (6/5).
Jokowi mengatakan, pertumbuhan global diperkirakan hanya tumbuh 3,2 persen. Menurut Suahasil, hal tersebut terus diperhatikan karena beberapa variabel turut mempengaruhi pos belanja di APBN.
“Jadi tentang harga minyak pasti pengaruhi subsidi dan kompensasi kita. Tentang bunga, pasti kan pengaruhi gerak ekonomi secara keseluruhan. Juga kurs, sebenarnya pengaruhi kita. Kita perhatikan terus, khususnya bagaimana pengaruhnya ke APBN,” jelas dia.
ADVERTISEMENT