KSEI: Transaksi Harian Saham di RI Selama 2 Dekade Tumbuh 2.000 Persen

12 Agustus 2024 19:11 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi investasi saham. Foto: Mahardika Argha/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi investasi saham. Foto: Mahardika Argha/Shutterstock
ADVERTISEMENT
PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat nilai transaksi harian (RNTH) saham melonjak sebesar 2.000 persen selama dua dekade. Hingga Agustus 2024, rata-rata nilai transaksi harian mencapai Rp 11,8 triliun per hari.
ADVERTISEMENT
“Rata-rata nilai transaksi harian saat ini sudah mencapai angka Rp11,8 triliun per hari, meningkat sebesar lebih dari 2.000 persen sejak dua dekade terakhir,” ujar Direktur Utama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Samsul Hidayat dalam konferensi pers, di Kantor Bursa Efek Indonesia, Senin (12/8).
Samsul menjelaskan, pada tahun 2000 nilai transaksi harian saham sebesar Rp 514 miliar. Pada 2005, nilai transaksi harian meningkat menjadi Rp 1,67 triliun. Kemudian di tahun 2010, nilai transaksi tersebut menyentuh Rp 4,80 triliun, pada 2015 sebesar Rp5,76 triliun.
“Pertumbuhan transaksi harian yang kita rasakan sekarang ini merupakan sesuatu yang sangat signifikan sekali,” ujarnya.
Meski demikian, pencapaian tersebut tak lepas dari sejumlah tantangan yang dihadapi. Di antaranya volatilitas ekonomi global, seperti adanya ketidakstabilan ekonomi global, fluktuasi mata uang dan harga komoditas dapat mengurangi arus modal dan kepercayaan investor.
Ilustrasi pergerakan saham. Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
"Perubahan kebijakan monitor dan fiskal juga merupakan satu tantangan yang dihadapi, yang mana kebijakan suku bunga internasional dan stimulus ekonomi dapat mempengaruhi daya tarik investasi di pasar modal Indonesia," kata Samsul.
ADVERTISEMENT
Selain itu, perkembangan teknologi dan digitalisasi juga menjadi tantangan. Meskipun adanya inovasi seperti fintech dan platform perdagangan global dapat membawa peluang baru, namun dari sisi regulasi keamanan dan pertumbuhan variasi produk finansial menimbulkan potensi tantangan ke depan.
“Geopolitik dan tegangan internasional juga menjadi tantangan tersendiri. Konflik geopolitik dan perubahan kebijakan perdagangan dapat mempengaruhi sentimen investor dan arus modal,” kata Samsul.