Laba Bersih BTPN Capai Rp 544 Miliar di Kuartal I 2024, Turun 32 Persen

2 Mei 2024 15:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bank BTPN. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bank BTPN. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
PT Bank BTPN Tbk (Bank BTPN) mencatatkan laba bersih setelah pajak yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp 544 miliar pada akhir Maret 2024. Angka itu turun 32 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 806,19 miliar.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama BTPN, Henoch Munandar, mengatakan penurunan tersebut disebabkan oleh kenaikan biaya sejalan dengan pertumbuhan volume usaha dan inisiatif-inisiatif yang sedang dikerjakan oleh BTPN, lebih tingginya pencadangan kredit seiring dengan pertumbuhan jumlah kredit yang diberikan, serta keputusan perseroan untuk menambah pencadangan kredit sebagai bentuk antisipasi berakhirnya POJK relaksasi kredit restrukturisasi pada 31 Maret 2024.
BTPN mencatat peningkatan total penyaluran kredit sebesar 24 persen yoy menjadi Rp 186,56 triliun pada akhir Maret 2024, dari Rp 149,90 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Peningkatan kredit termasuk pembiayaan dari PT Oto Multiartha (OTO) dan PT Summit Oto Finance (SOF) atau OTO Group, seiring dengan selesainya aksi korporasi BTPN pada akhir Maret 2024 atas akuisisi dua perusahaan pembiayaan tersebut, yang kini menjadi bagian dari BTPN.
ADVERTISEMENT
BTPN secara organik membukukan peningkatan penyaluran kredit di luar OTO Group sebesar 8,5 persen yoy, terutama didorong oleh segmen korporasi dan komersial (9 persen), segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (18 persen), diikuti oleh segmen Jenius (154 persen), serta segmen Joint Finance (607 persen).
Aset BTPN tumbuh sebesar 18 persen yoy, dari Rp 204,00 triliun menjadi Rp 239,84 triliun pada akhir Maret 2024.
“Bank BTPN akan terus berupaya untuk tidak hanya tumbuh secara finansial, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat melalui berbagai program pemberdayaan publik yang relevan untuk masyarakat dan nasabah kami,” kata Henoch Munandar melalui keterangan tertulis, Kamis (2/5).
Selain peningkatan kredit, BTPN juga berhasil menjaga kualitas kredit tetap baik. Rasio gross non-performing loan (NPL) BTPN berada di level 1,83 persen per akhir Maret 2024, lebih rendah dibanding rata-rata industri yang tercatat sebesar 2,4 persen pada akhir Februari 2024.
ADVERTISEMENT
Di tengah kondisi suku bunga yang masih tinggi, pendapatan bunga bersih BTPN naik sebesar 3 persen yoy menjadi Rp 3,02 triliun dari Rp 2,94 triliun. Kenaikan pendapatan bunga bersih yang dikontribusikan oleh pendapatan bunga dari kredit mendorong kenaikan pendapatan operasional (konsolidasi) sebesar 1 persen yoy, serta Net Interest Margin (NIM) yang terjaga di level 6,02 persen.
Saldo Current Account & Saving Account (CASA) BTPN tercatat meningkat sebesar 25 persen yoy dari Rp 39,57 triliun menjadi Rp 49,27 triliun pada akhir Maret 2024. Rasio CASA juga mengalami peningkatan dari 34,0 persen menjadi 41,0 persen.
Sementara itu, total deposito mengalami penurunan sebesar 8 persen yoy menjadi Rp 71,00 triliun. Dengan demikian total dana pihak ketiga (DPK) BTPN meningkat 3 persen yoy dari Rp 116,37 triliun pada akhir Maret 2023 menjadi Rp 120,27 triliun akhir Maret 2024.
ADVERTISEMENT
BTPN dapat menjaga rasio likuiditas dan pendanaan di tingkat yang sehat, dengan liquidity coverage ratio (LCR) mencapai 233,6 persen dan net stable funding ratio (NSFR) 115,7 persen per 31 Maret 2024. Perseroan mencatat rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) yang kuat di angka 27,8 persen.
Sementara itu, hingga akhir kuartal I 2024, Jenius dari BTPN berhasil mencatat pertumbuhan positif pada jumlah registered user sebesar 21 persen menjadi 5,5 juta dari 4,6 juta pada periode sebelumnya. Total penyaluran kredit (Flexi Cash, Digital Micro, Kartu Kredit Jenius Visa, Paylater) menunjukkan peningkatan dari Rp 1,2 triliun menjadi Rp 2,8 triliun. Selain itu, dana pihak ketiga yang dikelola Jenius juga tumbuh sebesar 13 persen menjadi Rp 26,7 triliun.
ADVERTISEMENT