Lo Kheng Hong Sarankan Jangan Beli Saham Gorengan: Biasanya Kinerjanya Jelek

26 Oktober 2023 19:51 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Investor Lo Kheng Hong dalam Seminar Utama Capital Market Summit and Expo 2023 di Main Hall BEI, Kamis (26/10/2023). Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Investor Lo Kheng Hong dalam Seminar Utama Capital Market Summit and Expo 2023 di Main Hall BEI, Kamis (26/10/2023). Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
ADVERTISEMENT
Investor ulung Indonesia, Lo Kheng Hong, mengaku tidak pernah membeli saham gorengan. Ia menilai saham gorengan mencerminkan kinerja perusahaan yang jelek.
ADVERTISEMENT
Lo Kheng Hong merasa malu apabila membeli saham gorengan atau mengoleksi saham di perusahaan yang kinerjanya jelek. Sederet sektor yang menarik minat baginya yakni emiten tambang dan perbankan.
“Tentu saya tidak pernah membeli saham gorengan. Saham gorengan itu biasanya kinerjanya tidak bagus, kinerjanya jelek, valuasinya mahal. Andai kata saya membeli saham gorengan, malu buat saya sendiri,” kata Lo Kheng Hong dalam Seminar Utama Capital Market Summit and Expo 2023 di Main Hall BEI, Kamis (26/10).
Lo Kheng Hong mengingatkan para investor untuk tidak membeli saham gorengan. Pelaku pasar sebaiknya membaca laporan keuangan dan memperhatikan saham dengan price earning ratio (PER) dan price to book yang rendah.
“Jangan pernah beli kucing dalam karung, jangan main saham gorengan. Belilah perusahaan bagus kinerjanya murah, kita tunggu sampai naik kembali. Baca laporan keuangan adalah kunci investor saham,” ujar Lo Kheng Hong.
Lo Kheng Hong, investor perseorangan di bursa saham yang dijuluki Warren Buffett-nya Indonesia. Foto: Dok. SBM ITB
Apabila perusahaan membukukan rugi selama lima tahun ke belakang, kata Lo Kheng Hong, kemungkinan besar juga mengalami rugi ke depannya. Lalu jika laba perusahaan kecil, maka arus kas perusahan tersebut kemungkinan juga kecil.
ADVERTISEMENT
“Kalau perusahaan itu labanya sebentar rugi sebentar untung, mungkin ke depan akan mengikuti. Kalau labanya besar lima tahun ke belakang labanya tumbuh 20 persen, tahun depan juga akan memperoleh laba 20 persen juga meningkat,” tutur Lo Kheng Hong.
Lo Kheng Hong menganggap investor hanya berspekulasi apabila tidak memahami kondisi perusahaan dan lebih mendengar rekomendasi saham dari para influencer.
“Yang saya lihat cuan-nya laba perusahaan itu. Kalau rugi saya malas lihat. Kalau untungnya kecil malas lihat. Pertama-tama saya lihat itu labanya dulu, langsung tersortir,” tutur Lo Kheng Hong.