Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Masa Transisi Energi, Pertamina Lanjutkan Pengembangan Kilang Ramah Lingkungan
14 November 2023 19:17 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Direktur Utama KPI Taufik Aditiyawarman mengatakan Kilang Cilacap jadi salah satu kilang yang terus dikembangkan dalam memproduksi BBM bersih. Terbaru, di kilang ini meluncurkan bioavtur J2.4 yang lebih bersih karena dicampur dengan minyak kelapa sawit.
“Ini salah satu inisiatif, makanya ada ide hilirisasi kilang. Ini menjadi upaya kami untuk menjaga sustainaiblity,” kata Taufik pada webinar Refining Sustainability “The Path Toward Energy Transition” yang digelar E2S, Selasa (14/11).
Sementara di Kilang Balongan sudah memproduksi Euro 5, BBM berkualitas tinggi dan bersih sesuai standar global. KPI juga akan menambah footprint untuk program-program lingkungan, apalagi pemerintah sudah membuat Bursa Perdagangan Karbon (carbon trading).
“Carbon trading sekarang available di bursa. Ini bisa me-net off operasional dengan menambah daya serap karbon,” kata Taufik.
ADVERTISEMENT
Taufik mengatakan, upaya ini dilakukan karena perusahaan berkomitmen untuk menjaga ketahanan energi nasional melalui ketahanan penyediaan BBM, LPG dan bahan-bahan dasar petrochemical di masa transisi energi. Produk yang dihasilkan dari kilang sebagai bagian dari PSO juga dijaga tetap affordable untuk masyarakat, dan memenuhi aspek keekonomian.
Upaya KPI ke green dan emisi reduction untuk mendukung ESG rating karena proyek kilang yang tidak full equity, tapi juga mencari pembiayaan dari investor.
“Biasanya pertanyaan yang ditanyakan mereka adalah berapa rating ESG. Concern ESG maupun lingkungan sangat diperhatikan oleh investor maupun lender. Rating ESG kita 24,2,” katanya.
Pada masa transisi energi, kata Taufik, KPI akan memastikan pabrik yang dibangun terus memberikan manfaat sampai ujung. Ke depan, diversifikasi produk memang harus berkolaborasi dengan industri lain yang bisa mengolah hasil turunan kilang.
ADVERTISEMENT
“Ini untuk menghasilkan produk yang bermanfaat sampai ke hilir, sehingga bisa bernilai dan memberikan benefit ke masyarakat,” kata dia.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESD Dadan Kusdiana mengatakan berdasarkan hasil kajian dengan memperhatikan keekonomian akses di masyarakat dan potensi yang dimiliki pada akhir 2060 sektor energi tidak bisa NZE karena masih tersisa emisi 129 juta ton emisi.
Berdasarkan roadmap, PLTU berbahan bakar batu bara akan berakhir sebelum 2060. Yang tersisa adalah BBM dan LPG yang digunakan industri. Listrik semuanya akan berbasis pada energi bersih tidak akan keluarkan emisi.
“PLTU akan selesai sebelum periode 2060. Untuk itu, yang harus dipastikan adalah ketersediaan migas ada terus,” kata Dadan.
Menurut Dadan, peranan energi fosil masih penting dalam transisi energi. Minyak, khususnya BBM menjadi sumber energi di sektor transportasi. Kendaraan yang menggunakan BBM didorong melakukan konversi melalui program kendaraan listrik.
ADVERTISEMENT
“Untuk kendaraan eksisting didorong dari sisi spek-nya sehingga emisinya berkurang,” kata Dadan.
Founder Digital Energy Asia, Salis S Aprilian, mengatakan renewable energy yang berkembang di tahun 70-an, kalau dilihat dari permintaan energi di Indonesia 2020-2050 porsi minyak memang berkurang, tapi secara kuantitas masih meningkat. Muncul apa yang dinamakan energy transition menggunakan energi baru dan terbarukan tapi tidak serta merta tidak menggunakan lagi minyak dan batu bara.
“Inilah peran gas dalam transisi, akan sangat signifikan karena dari sisi biaya, waktu, untuk mengembangkan renewable energy tidak mudah dan mahal. Bisa ditopang dengan gas,” kata Salis.
Terkait upaya agar kilang bisa sustain di masa transisi energi, Salis mengatakan ada beberapa langkah yang bisa dilakukan. Pertama, harus diversifikasi produk, lalu digitalisasi sistem, decentralizing policy, dan decarbonization.
ADVERTISEMENT
“Kalau ingin kilang di Indonesia sustain, paling tidak empat langkah inilah yang harus ditempuh,” kata Salis.
Direktur Eksekutif Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro, mengatakan sebagian besar aktivitas masyarakat masih menggunakan BBM. Jika bicara ketahanan energi dibandingkan negara lain, kata dia, Indonesia berada di lampu kuning.
Berdasarkan Kebijakan Energi Nasional (KEN) sejak 2015 sudah ada impor BBM. Jika tidak ada penambahan kapasitas kilang maka impor akan meningkat. “Kebutuhan BBM empat juta barel per day. Ini sangat besar sekali. Ini perlu diantisipasi semua pihak,” katanya.
Menurut Komaidi, impor minyak mentah jauh lebih murah dari produk jadi. Kalau Indonesia impor minyak mentah, devisanya lebih sedikit, KPI tetap running, ada produk yang dihasilkan.
KPI juga moving ke produk berbasis lingkungan, dengan berbagai proyek yang dikembangkan. Indikasinya akan menjalankan transisi energi disesuaikan dengan kondisi ekonomi sosial, baik dalam proses maupun produknya. Artinya KPI menghasilkan produk berbasis green.
ADVERTISEMENT
Komaidi mengatakan segala sesuatu akan dijalankan seimbang sejalan dengan kondisi makro indonesia. Indonesia akan menjalankan transisi energi, tapi tidak sepenuhnya dengan keinginan internasional, ada kearifan lokal yang disesuaikan.
“Di beberapa pilar Pertamina, hampir semuanya melibatkan kilang, di efisiensi energi, flare gas, hampir semua yang akan dikerjakan Pertamina dalam konteks penurunan emisi akan melibatkan kilang,” kata Komaidi.