Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Melihat dari Dekat PLTA Saguling, Tulang Punggung PLN di Kelistrikan Jawa-Bali
12 November 2021 10:18 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Di kawasan perbukitan dan hutan rimbun di Cioray, Kabupaten Bandung Barat, di situlah berdiri PLTA Saguling yang punya peran paling penting dalam penopang beban puncak sistem kelistrikan PLN di Jawa-Bali.
kumparan berkesempatan untuk mengunjungi dan melihat lebih dekat operasional PLTA Saguling Power Generation O&M Services Unit (POMU), Kamis (11/11).
Pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT) di bawah naungan PT Indonesia Power (IP) ini memanfaatkan arus deras sungai terpanjang sekaligus terbesar di Jawa Barat, sungai Citarum. Waduk Saguling yang membendung aliran sungai Citarum inilah yang kemudian menjadi PLTA Saguling.
Peran penting PLTA sebagai backbone sistem kelistrikan Jawa Bali terlihat ketika terjadi blackout atau insiden mati listrik massal di sebagian Jawa pada 2019 silam. Keistimewaan line charging yang dimiliki PLTA Saguling menjadi andalan karena bisa memulihkan blackout dengan mudah dan cepat.
"Saguling ini keistimewaannya adalah sebagai line charging. Ketika ada blackout di sistem kelistrikan Jawa, pengisian daya pertama dari Saguling . Cukup15 menit untuk menormalisasi jika terjadi blackout," tutur Direktur Utama Indonesia Power M. Ahsin Sidqi kepada wartawan, Kamis (11/11).
ADVERTISEMENT
Ahsin menjelaskan, PLTA Saguling berperan penting dalam sistem kelistrikan Jawa Bali dengan kapasitas 700,72 Mega Watt (MW). PLTA Saguling berkontribusi sebesar 2,5 persen ke sistem Jawa-Bali yang memiliki total kapasitas 27.700 MW.
"Kenapa Saguling penting? Karena mudah mengoperasikannya. Tinggal buka saja kerannya sudah langsung nyala listriknya. Kalau pembangkit lain harus lakukan pompa, kemudian pemanasan. PLTA itu tetap diperlukan dalam sistem, harganya juga murah dibanding yang lain karena energi primernya hidro," jelasnya.
Telah berdiri sejak 1985, PLTA Saguling masih beroperasi dengan sangat baik. Tidak lekang oleh umurnya yang sudah 36 tahun, PLTA tersebut menghadirkan EBT (energi baru terbarukan) berkapasitas tinggi hingga saat ini.
Kawasan hutan sekitar PLTA Saguling di daerah Cioray yang masih lebat dan lestari berkontribusi untuk memastikan volume air yang cukup. Sehingga riuh air di sungai Citarum yang tetap bisa membuat PLTA Saguling menghasilkan listrik tegangan tinggi.
Untuk mengantisipasi debit air menurun ketika kemarau, PT IP juga melakukan sebuah rekayasa hujan bernama teknologi modifikasi cuaca (TMC), yakni dengan cara menyemai garam di awan. Hal tersebut juga dilakukan di PLTA Cirata dan Jatiluhur, bekerja sama dengan BPPT untuk menjaga kuantitas air.
ADVERTISEMENT
"(PLTA Saguling) masih bisa beban penuh, satu unitnya itu 175 megawatt. Kita mengandalkan air saja oleh karena itu dilihat di sini hutannya masih lestari, kemudian kalau pas musim kemarau kita butuh bantuan hujan rekayasa, hujan buatan dengan BPPT dan pemerintah daerah," jelas Ahsin.
Ahsin memaparkan, PLTA Saguling memiliki tiga fungsi utama, yaitu sebagai base-load, stabilizer, serta mengurangi emisi karena menggunakan EBT. Listrik ramah lingkungan dari PLTA Saguling disalurkan melalui Gardu Induk Tegangan Extra Tinggi (GITET) Saguling dan diinterkonesikan ke jaringan se-Jawa dan Bali melalui Saluran Utama Tegangan Extra Tinggi (SUTET) 500 kilo Volt (kV).
"Fungsi kedua Saguling ini yaitu juara nasional untuk frekuensi kontrol. Misalnya naik turun beban dan demand di perusahaan atau pabrik, berarti frekuensi akan berubah. Ketika terjadi gangguan di pembangkit, frekuensi akan turun begitu sebaliknya di sisi konsumen frekuensi akan naik. Saguling akan menyeimbangkan sistem sehingga frekuensinya normal kembali 50 hertz," terang Ahsin.
ADVERTISEMENT
PLTA Saguling ditopang oleh 7 sub-unit, serta 1 unit jasa operasi dan pemeliharaan pembangkit untuk menjaga keandalan pasokan listrik PLN . Sub Unit tersebut antara lain, Sub Unit PLTA Bengkok dan Dago 3,85 MW (Kab. Bandung), Sub Unit PLTA Plengan 6,87 MW (Kab. Bandung), Sub Unit PLTA Lamajan 19,56 MW (Kab. Bandung).
Kemudian Sub Unit PLTA Cikalong 19,20 MW (Kab. Bandung), Sub Unit PLTA Ubrug 18,36 MW (Kab. Sukabumi), Sub Unit PLTA Karacak 18,9 MW (Kab. Bogor), serta Sub Unit PLTA Parakan Kondang 9,9 MW (Kab. Sumedang) serta 1 unit jasa operasi dan pemeliharaan pembangkit yaitu PLTA Rajamandala 47MW (Kab. Cianjur).