Melihat Reklamasi Grasberg dan Kembalinya Kawanan Anjing Bernyanyi

10 Desember 2024 20:19 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kawanan singing dog atau anjing menyanyi di kawasan eks tambang Grasberg milik PT Freeport Indonesia. Foto: Muhammad Darisman/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kawanan singing dog atau anjing menyanyi di kawasan eks tambang Grasberg milik PT Freeport Indonesia. Foto: Muhammad Darisman/kumparan
ADVERTISEMENT
Sekumpulan singing dog atau anjing bernyanyi tengah tidur bergelung di hamparan rumput kala kumparan tiba di area Grasberg, lahan eks tambang milik Freeport Indonesia, pada Selasa pagi (10/12).
ADVERTISEMENT
Sesekali terdengar suara lolongan, alasan kenapa hewan ini dianggap bernyanyi. Bulunya yang tebal ditiup-tiup angin di kawasan dataran tinggi yang belum tertutup kabut pada pukul 9.00 WIT.
Penampakan kawanan New Guinea Singing Dog berkeliaran di ketinggian 4.285 meter di atas permukaan laut (MDPL) itu, makin lumrah dalam beberapa tahun terakhir.
Padahal, kawanan anjing bernyanyi tadinya sempat disebut telah punah. Kini, sejalan dengan makin banyaknya lahan yang direklamasi di Grasberg, Kapubaten Mimika, Papua Tengah, anjing bernyanyi jadi makin biasa terlihat.
Manager Grasberg Sena Indra Wiraguna mengungkapkan, setidaknya sudah ada sekitar 30 ekor anjing bernyanyi yang pernah kedapatan bermain di kawasan Grasberg. Mereka sudah makin terbiasa berada di tengah para pekerja dan tidak pula punya hasrat menyerang manusia.
Kawanan singing dog atau anjing menyanyi di kawasan eks tambang Grasberg milik PT Freeport Indonesia. Foto: Muhammad Darisman/kumparan
Menurut Sena, keberadaan kawanan predator puncak itu, jadi penanda makin baiknya vegetasi lahan tambang yang sudah tak dioperasikan sejak 2020. Ia berharap tren positif tersebut juga membuat banyak hewan lainnya bisa hidup di sana.
ADVERTISEMENT
"Keberadaan mereka jadi penanda ekologi di Grasberg dalam kualitas yang baik," jelas Sena di area Bunaken Overlook Grasberg Mine.
PTFI, lanjutnya, sudah melakukan revegetasi tambang hingga 570 hektare lebih. Angka ini mencapai 60 persen dari total lahan 920 hektare.
"Yang area-area timbunan tadi, kita sudah sekitar 570-an hektare sudah kita tanami, revegetasi," tuturnya.
Sepanjang perjalanan menuju area ini, kiri-kanan jalan tampak tanaman bioma alpine, dari jenis rumput hingga lumut mulai menghijau. Sesekali ada pula bunga edelweiss juga pakis.
Kawanan singing dog atau anjing menyanyi di kawasan eks tambang Grasberg milik PT Freeport Indonesia. Foto: Muhammad Darisman/kumparan
Sena mengungkapkan, PTFI punya target untuk merevegetasi lahan tersebut secara bertahap. Selama tahun 2024 ini, ada sebanyak 65 hektare target tambahan lahan yang direklamasi.
"Tahun depan 35 hektare, rencana reklamasi kita itu nanti berakhir tahun 2026. 2026 juga 35 hektare," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan, sebelum melakukan penanaman, terlebih dahulu akan dilakukan penimbunan, pelandaian lereng, hingga batu gamping. Proses reklamasi dan revegetasi ini biasanya menelan biasa hingga USD 200 ribu per hektarenya.
Kawasan eks tambang Grasberg milik PT Freeport Indonesia. Foto: Muhammad Darisman/kumparan
"Estimasi rata-rata sekitar USD 200 ribu per hektare. Itu varian, kadang sampai USD 180 ribu, kadang sampai USD 250 ribu, tergantung prosesnya.
Sebelumnya, PTFI bersama New Guinea Highland Wild Dog Foundation (NGHWDF) turut mendukung penelitian yang dilakukan Universitas Cenderawasih (Uncen) terhadap New Guinea Singing Dog di area tambang terbuka Freeport yang terletak di Pegunungan Papua.
Uncen merampungkan penelitian fase kedua terhadap NGSD atau yang dikenal masyarakat setempat sebagai anjing bernyanyi pada 2018. Penelitian pertama dilakukan oleh Universitas Negeri Papua (UNIPA) bersama NGHWDF pada tahun 2016. Penelitian fase kedua dilakukan selama 1 bulan, pada Agustus 2018 di Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua.
ADVERTISEMENT
Penelitian fase kedua dilakukan untuk menganalisis hubungan genetik antara anjing bernyanyi dengan anjing liar lain yang hidup di dataran tinggi Papua (highland wild dog).
Kawanan singing dog atau anjing menyanyi di kawasan eks tambang Grasberg milik PT Freeport Indonesia. Foto: Muhammad Darisman/kumparan
Selama 2 pekan memantau dengan perangkap berkamera (camera trap), tim peneliti berhasil merekam 18 ekor anjing bernyanyi. Penelitian juga dilakukan dengan mengumpulkan sampel darah, kulit, dan rambut anjing untuk menganalisis ciri fisik, demografi, dan perilaku dari hewan tersebut.
Hasil penelitian menemukan anjing bernyanyi memiliki sejumlah kemiripan dengan anjing liar di Pegunungan Papua serta dengan dingo yang berhabitat di Australia.
Anjing Bernyanyi dapat dikenali dengan rambut yang lebih tebal dan ukuran badan relatif lebih kecil dibandingkan anjing liar lainnya, yakni tinggi sekitar 45 cm untuk anjing jantan dan 37 cm untuk anjing betina, dengan panjang tubuh sekitar 65 cm untuk jantan dan 55 cm untuk betina.
ADVERTISEMENT
Hewan endemik ini hidup dalam kawanan kecil, dengan jumlah sekitar 2 hingga 3 ekor dalam satu kelompok. Hal lain yang juga membedakan anjing ini dengan anjing lainnya adalah dari cara mereka berkomunikasi yakni dengan melolong bukan dengan menggonggong.
Kawanan singing dog atau anjing menyanyi di kawasan eks tambang Grasberg milik PT Freeport Indonesia. Foto: Muhammad Darisman/kumparan
Kawasan eks tambang Grasberg milik PT Freeport Indonesia. Foto: Muhammad Darisman/kumparan
Kawasan eks tambang Grasberg milik PT Freeport Indonesia. Foto: Muhammad Darisman/kumparan
Kawasan eks tambang Grasberg milik PT Freeport Indonesia. Foto: Muhammad Darisman/kumparan
Kawasan eks tambang Grasberg milik PT Freeport Indonesia. Foto: Muhammad Darisman/kumparan
Kawanan singing dog atau anjing menyanyi di kawasan eks tambang Grasberg milik PT Freeport Indonesia. Foto: Muhammad Darisman/kumparan
Kawasan eks tambang Grasberg milik PT Freeport Indonesia. Foto: Muhammad Darisman/kumparan