Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Kinerja PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) menjadi sorotan setelah perseroan mengumumkan telah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sebanyak 250 karyawan dengan alasan efisiensi perusahaan.
ADVERTISEMENT
Selama semester pertama 2017 menunjukkan penurunan, di mana pendapatan tercatat Rp 158,73 miliar atau turun 57,57% dibandingkan semester pertama 2016 sebesar Rp 374,06 miliar. Pemasukan terbesar TAXI yang berasal dari kendaraan taksi mengalami penurunan terbesar.
Adapun pada semester pertama 2016, TAXI masih mencatatkan pemasukan dari kendaraan taksi sebesar Rp 333,77 miliar, namun di pertengahan tahun 2017 turun hampir dua kalinya di Rp 134,03 miliar.
Mengutip riset Binaartha Sekuritas, Kamis (5/10), penurunan ini diperkirakan karena adanya persaingan di segmen kendaraan taksi. Apalagi dengan maraknya penggunaan taksi online membuat peminat atas taksi konvensional yang dimiliki TAXI mengalami penurunan. Di sisi lain, adanya kerja sama dengan pihak Uber belum terlalu banyak terlihat pada kinerja TAXI.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, pemasukan TAXI yang mengalami kenaikan hanyalah sewa kendaraan yang naik 8,58%, namun kontribusi kepada pemasukan hanyalah 12,75% sehingga kurang kuat menopang pemasukan dan mengimbangi penurunan dari segmen kendaraan taksi.
Pada beban langsung operasional, sepanjang semester pertama 2017 mengalami penurunan 22,56% di mana per segmen rata-rata tercatat lebih rendah dari sebelumnya. Sebut saja, biaya bahan bakar yang selama ini dianggap sebagai komponen biaya yang berkontribusi besar.
Akan tetapi, nyatanya konstribusinya hanya sebesar 8,40% dari total pengeluaran. Biaya ini mengalami penurunan 35,09%. Kemudian penurunan ini diikuti oleh beban pengemudi dan operasional pool di mana masing-masing turun 28,29% dan 35,97%. Bahkan terkait dengan berkurangnya pemasukan TAXI, di mana diasumsikan terjadi penurunan penggunaan taksi untuk kegiatan operasional maka beban perbaikan, pemeliharaan, dan kebutuhan akan suku cadang pun turut mengalami penurunan. Adapun beban ini mengalami penurunan signifikan sebanyak 67,15%.
ADVERTISEMENT
Akibat berkurangnya pemasukan, maka kas TAXI juga ikut mengalami penurunan, di mana pada semester pertama 2017 tercatat kas TAXI sebesar Rp 9,69 miliar dibandingkan posisi per akhir 2016 sebesar Rp 16,25 miliar. Piutang TAXI tercatat masih cukup tinggi meski juga mengalami penurunan dari posisi per akhir 2016 sebesar Rp 463,74 miliar menjadi Rp 453,31 miliar di pertengahan 2017.
Sementara itu, sepanjang semester pertama 2017, TAXI telah menambah armadanya, namun penambahan ini nilainya lebih rendah dibandingkan pengurangan armada yang dilakukan sehingga berimbas pada nilai aktiva tetap yang tercatat menurun dari Rp 1,65 triliun per akhir 2016 menjadi Rp 1,53 triliun per akhir semester pertama 2017. Total aset taksi per akhir semester pertama 2017 sebesar Rp 2,44 triliun atau turun 4,77% dibandingkan posisi per akhir tahun 2016 sebesar Rp 2,56 triliun.
ADVERTISEMENT
Untuk membantu membiayai kegiatan operasionalnya, TAXI juga mengandalkan sumber pendanaan secara eksternal terutama dari penggunaan utang.
Tercatat utang bank jangka pendek mengalami kenaikan 2,18% menjadi Rp 69,44 miliar dibandingkan posisi per akhir tahun 2016 sebesar Rp 67,95 miliar. Begitupun dengan utang bank jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun yang juga meningkat menjadi Rp 25,24 miliar dari posisi nol di akhir 2016.
Hal yang sama juga terjadi pada utang obligasi yang merupakan kewajiban dengan nilai terbesar dibandingkan kewajiban lainnya di mana berkontribusi 54,26% dari total kewajiban. Hingga akhir semester pertama 2017, utang obligasi tercatat sebesar Rp 994,39 miliar dibandingkan posisi per akhir 2016 sebesar Rp 993,24 miliar.
ADVERTISEMENT
Dari sisi manajemen, menyadari adanya penurunan kinerja, TAXI mencoba menyiasatinya dengan menurunkan target setoran pengemudi dari sebelumnya Rp 240.000 per mitra pengemudi per hari menjadi Rp 150.000 per hari yang ditujukan agar utilitas armada taksi dapat terjaga.
Hal ini dilakukan untuk menjaga unit yang beroperasi jangan sampai menurun. Strategi tersebut dapat dianggap berhasil untuk bertahan. Pada kuartal pertama 2016 saat target setoran masih Rp 240.000 per hari, TAXI hanya mampu mengoperasikan 8.787 armada dan terus menurun pada kuartal dua 2016 di mana hanya mengoperasikan 6.620 armada. Begitu pun dengan kuartal tiga 2016 di mana hanya mampu mengoperasikan 6.019 armada. Bahkan, pada kuartal empat 2016, TAXI hanya mampu mengoperasikan 4.213 armada.
Kemudian utilisasi armada mulai membaik saat kuartal pertama 2017 ketika target setoran diturunkan menjadi Rp 150.000 per hari di mana armada TAXI yang beroperasi mencapai 5.096 atau meningkat sebanyak 883 armada dari posisi per akhir tahun 2016. Bahkan di kuartal II mampu mengoperasikan lebih dari 5.300 armada. Meski belum terlalu terlihat signifikan namun, adanya peningkatan utilisasi armada juga berkat kemudahan teknologi dari aplikasi Uber yang sejak Desember 2016 TAXI bekerja sama dengan penyedia aplikasi Uber.
ADVERTISEMENT
Menurunnya kinerja berimbas pada perolehan laba atribusi yang tercatat merugi sebesar Rp 133,11 miliar dari periode semester pertama 2016 yang juga merugi sebesar Rp 42,89 miliar. Akibatnya, nilai EPS pun turun dari -19,99 pada semester pertama 2016 menjadi -62,04 di semester pertama 2017. Dengan demikian, secara valuasi pun TAXI juga mengalami penurunan. Adapun menurut perhitungan, valuasi TAXI di level Rp 70, underperform. Valuasi ini kami turunkan dari sebelumnya Rp 115 seiring pelemahan kinerja yang di bawah perkiraan sebelumnya.
Selain menghadapi penurunan kinerja dan upaya bersaing di industri transportasi, TAXI juga menghadapi upaya untuk melakukan pelunasan utang-utangnya yang nilainya melampaui ekuitasnya meski masih dapat diimbangi dengan nilai asetnya. Pengurangan pegawai maupun armada kemungkinan akan dilakukan oleh TAXI untuk lebih mengefisiensikan kinerjanya meski hanya bersifat sementara dan dapat berimbas pada penurunan pemasukan akibat pengurangan tersebut.
ADVERTISEMENT