Menteri KP Akui Budi Daya Ikan RI Masih Tertinggal, Padahal Potensinya Besar

5 Februari 2024 14:43 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono.  Foto: KKP
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono. Foto: KKP
ADVERTISEMENT
Menteri Kelautan dan Perikanan (Menteri KP), Sakti Wahyu Trenggono, mengakui usaha budi daya ikan di Indonesia masih jauh tertinggal dari negara lain. Padahal, Indonesia adalah negara maritim dan kepulauan.
ADVERTISEMENT
Trenggono mengungkapkan potensi pasar dan investasi budi daya berbagai jenis ikan di seluruh dunia bisa mencapai USD 730 miliar atau setara Rp 11.000 triliun pada 2030.
"Investasi sektor budi daya ini sangat menarik, kalau selalu berpikir budi daya adalah landbase sekarang sudah ke laut. Pasarnya sendiri sangat besar, menurut riset di 2030 itu prediksinya bisa USD 730 billion dari berbagai jenis," kata Trenggono saat Indonesia Marine and Fisheries Business Forum 2024, Senin (5/2).
Trenggono mencontohkan negara dengan budi daya ikan yang maju adalah Norwegia dengan komoditas unggulan salmon. Kemudian Yunani yang memasok ikan kakap putih nomor satu di kawasan Eropa, dan daerah Izmir Turki yang maju dalam budi daya tuna.
ADVERTISEMENT
Trenggono sudah mengajak Turki berinvestasi budi daya ikan tuna di Indonesia. Pasalnya, Indonesia memiliki 3 jenis tuna yakni tuna sirip biru, sirip kuning, dan mata besar dengan tangkapan mencapai 334 ribu ton setiap tahunnya.
"Kalau di Indonesia, tangkapan tuna sudah mencapai 334 ribu ton setiap tahun, tapi belum bisa budidaya. Ini salah satunya kita undang dari Turki investasi di Indonesia," ujar Trenggono.
Trenggono menjelaskan penangkapan ikan lalu kemudian dibesarkan melalui budi daya ini bertujuan untuk menjaga keberlangsungan sektor perikanan, sekaligus menjaga populasinya. Ekosistem ini harus terbentuk hingga penyerapan hasil budi daya oleh swasta.
"Kita cukup agak sedikit tertinggal soal budi daya, negara-negara di Eropa, Amerika, Kanada dan Australia, mereka sudah maju sekali dan kita masih bicara secara tradisional," terang Sakti.
ADVERTISEMENT
Untuk menyongsong potensi pasar budi daya ikan dunia,
Trenggono memprediksi Indonesia bisa menyusul dalam memaksimalkan potensi pasar budi daya pada 5 tahun mendatang dengan komoditas prioritas udang, lobster, kepiting, rumput laut, dan tilapia.
Berdasarkan data ITC dan BPS, nilai ekspor udang Indonesia pada tahun 2022 mencapai USD 2,16 miliar atau sekitar 6,9 persen dari nilai pasar udang global sebesar USD 31,28 miliar. Kemudian rumput laut USD 600 juta atau 16,19 persen dari nilai pasar global USD 3,71 miliar.
Nilai ekspor tilapia Indonesia mencapai USD 79 juta atau 4,8 persen dari nilai pasar global USD 1,64 miliar, kepiting-rajungan USD 484 juta atau 6,59 persen dari nilai pasar global USD7,35 miliar, serta lobster USD 26 juta atau 0,47 persen dari nilai pasar global US 5,6 miliar.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, KKP menilai hilirisasi perikanan di tahun 2022 tercatat mencapai Rp 289,64 triliun, dengan rincian makro Rp 77,08 triliun, menengah Rp 11,04 triliun, kecil Rp 11,52 triliun, dan mikro Rp 189,99 triliun.
"Untuk itu, kita sudah buat modelling-modelling ini tentu nanti kemudian bisa ditiru oleh investor bisa melakukannya di Indonesia," tutur Trenggono.