Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Minyak Kita Dibanggakan Zulhas, Pengusaha Justru Sebut Produk Abal-abal
21 Januari 2023 18:42 WIB
ยท
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Produk Minyak Kita , minyak goreng kemasan sederhana yang diluncurkan Kementerian Perdagangan pada 6 Juli 2022 menjadi terobosan yang dilakukan Zulkifli Hasan (Zulhas ) saat dirinya dilantik menjadi Menteri Perdagangan menggantikan Muhammad Lutfi yang dicopot imbas carut-marut minyak goreng tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Minyak Kita dijual ke masyarakat dengan harga Rp 14.000 per liter, sementara produsen yang memproduksinya berhak atas insentif berupa konversi kuota ekspor CPO yang lebih besar. Tak cuma itu, produsen yang kirim ke Indonesia Timur juga diberikan insentif lebih oleh Zulhas.
Pada 1 Januari 2023, tepat 200 hari dilantik sebagai Mendag, Zulhas mengeklaim pemerintah telah menyalurkan Minyak Kita sesuai HET Rp 14.000. Bahkan dalam waktu 100 hari saja, Minyak Kita sudah tersedia di 34 provinsi di Indonesia.
"Dalam 100 hari kerja Menteri Perdagangan, Minyak Kita sudah tersedia di 34 provinsi, termasuk NTT, Papua Barat, dan Papua dengan harga tetap sesuai HET, yaitu Rp 14.000 per liter," kata Zulhas dalam konferensi pers virtual, Senin (2/1).
ADVERTISEMENT
Bahkan, menurutnya stabilisasi harga minyak goreng dan barang kebutuhan pokok lainnya sepanjang semester II 2022 berkontribusi meredam laju inflasi di tengah kenaikan harga BBM.
Minyak Kita Dibilang Abal-abal
Meski dibanggakan Zulhas, produk Minyak Kita justru disebut sebagai minyak abal-abal oleh Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga.
Sahat menjelaskan, ketika Uni Eropa membatasi ekspor sawit Indonesia, Indonesia memiliki alternatif pasar ekspor lainnya seperti Afrika. Namun, minyak sawit atau crude palm oil (CPO) harus diolah menjadi produk yang lebih tinggi agar punya nilai jual lebih. Dia mengatakan hal itu sambil menyinggung produk Minyak Kita Kemendag.
"Tapi tak dibuat seperti minyak Goreng Kita. Itu minyak abal-abal," kata Sahat saat ditemui kumparan di Kantorr KPPU, Jumat (21/1).
ADVERTISEMENT
Sahat pun menjelaskan bagaimana industri sawit berkembang. Pada 1992 di Eropa minyak sawit dijadikan bahan pengganti lemak binatang. Selanjutnya peneliti dari Prancis menemukan adanya kandungan gliserin dan fatty acid pada minyak sawit sehingga bisa diolah menjadi produk lainnya.
Sementara di Indonesia, CPO yang dijadikan untuk minyak goreng justru diproses hingga bening sehingga kandungan di dalamnya hilang. Inilah yang membuat Sahat menyinggung Minyak Kita adalah produk abal-abal.
"Kita saking bodohnya ikut terus. Padahal vitamin di dalam, itu pemberihan Tuhan, kia mubazirkan. Kita buang. Kita malah mau minyak goreng yang putih," tegas Sahat.