Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Musim Gugur Ritel Terus Berlanjut: Sevel hingga Giant Jadi Korban
16 Januari 2019 9:15 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:49 WIB
ADVERTISEMENT
Musim gugur bagi industri ritel terus berlanjut. Sejak 2017, kabar soal lesunya industri ritel mulai santer terdengar. Satu per satu nama-nama besar seperti Matahari, 7-Eleven, hingga Giant mengakhiri kiprah mereka untuk melayani konsumen di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Alasannya beragam, dari beban operasional yang semakin bengkak, terlilit utang, habis kontrak hingga faktor efisiensi. Sempat pula muncul asumsi bahwa gugurnya ritel karena tak kuasa menahan gempuran bisnis online atau e-commerce.
kumparan merangkum cerita gerai ritel yang tutup dalam 2 tahun terakhir. Berikut daftarnya:
1. 7-Eleven
Nama 7-Eleven tak asing lagi khususnya di Ibu Kota Jakarta. Sehingga ketika pihak manajemen mengumumkan penutupan seluruh gerai 7-Eleven akhir Juni 2017, tak pelak kabar tersebut mendapat perhatian besar. Perusahaan beralasan tutupnya Sevel karena adanya keterbatasan sumber daya yang dimiliki perseroan untuk menunjang kegiatan operasional. Apalagi, rencana akuisisi Sevel oleh PT Charoen Pokphand Restu Indonesia urung dilakukan.
Banyak juga yang menilai tutupnya Sevel disebabkan kerugian setelah dilarang menjual minuman beralkohol yang diatur Peraturan Menteri Perdagangan Tahun 2015 tentang Pengendalian, dan Pengawasan Terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjulan Minuman Beralkohol. Penjualan bir di Sevel memang cukup laku sehingga ritel mengandalkan penjualan bir untuk menopang bisnisnya.
ADVERTISEMENT
2. Matahari
Setelah cukup dikejutkan dengan hilangnya 7-Eleven, masyarakat kembali dikejutkan dengan tutupnya Matahari . Emiten ritel, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) menutup 2 gerai miliknya di Pasaraya Blok M dan Manggarai akhir September 2017. Penutupan disebabkan kedua gerai tersebut sepi pengunjung dan kinerjanya dinilai tak sesuai target. Tak sampai di situ, Matahari kembali menutup gerainya di Mal Taman Anggrek pada 3 Desember 2017 dan Lombok City Centre pada 31 Desember 2017. Matahari Mal Taman Anggrek yang tutup terlebih dahulu juga sempat menggelar closing down sale yang diserbu oleh para pembeli.
3. GAP
Tak berselang lama, muncul kembali kabar bahwa gerai-gerai GAP ditutup secara keseluruhan di tahun 2018. Di Indonesia, GAP memiliki 5 gerai yang berlokasi di Pondok Indah Mall 2, Grand Indonesia, Lippo Mall Puri, Kuta Beach Walk, dan Surabaya Tunjungan Plaza. Pada akhir 2017 lalu, gerai di Bali dan di Pondok Indah Mall 2 akhirnya resmi ditutup. PT Gilang Agung Persada, perusahaan yang mempunyai gerai GAP mengaku akan fokus di sektor Fast Moving Fashion Accesoris untuk menggarap pasar di kalangan menengah ke bawah.
ADVERTISEMENT
4. Lotus
5. Debenhams
Ditutupnya Debenhams menjadi pelengkap tumbangnya gerai-gerai ritel di Indonesia tahun 2017. Terhitung, Debenhams di Senayan City menjadi gerai terakhir yang ditutup PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) sebagai pemegang lisensi. Di Indonesia, ada 3 gerai Debenhmas, yakni di Senayan City, Kemang Village, dan Supermall Karawaci. Per 1 Januari 2018 ketiga gerai ini tidak beroperasi lagi.
6. Clarks
ADVERTISEMENT
Bak wabah penyakit menular, tumbangnya ritel masih berlanjut pada 2018. Di akhir Januari 2018, kabar mengejutkan datang dari Clarks Indonesia yang menyatakan resmi tutup mulai 28 Februari 2018. Hal tersebut diakui oleh manajemen PT Anglo Distrindo Antara, distributor sekaligus pemegang hak merek Clarks di Indonesia. Clarks Indonesia menutup seluruh lapaknya lantaran penjualan sepatu model konservatif asal Inggris tersebut terus turun. Bahkan, penurunannya mencapai 50 persen sejak 2016 lalu.
Di sisi lain, biaya operasional terus meningkat, seperti sewa tempat di mal dan gaji karyawan. Walhasil, perusahaan terus menanggung rugi. Bahkan, efisiensi dengan mengurangi jumlah gerai dari 25 menjadi 10 hingga saat itu pun tak bisa membantu perusahaan mengurangi biaya operasional.
ADVERTISEMENT
7. Banana Republic
Setelah Clarks yang menutup seluruh tokonya di Indonesia, toko ritel asal Amerika, Banana Republic juga ikut menutup gerainya di Pondok Indah Mall 2, Jakarta Selatan di penghujung Februari 2018. Sayangnya tak ada konfirmasi dari pihak manajemen atas tutupnya dua gerai tersebut. Sebelum berpisah dengan konsumen setianya, Banana Republic sempat memberikan closing down sale hingga 70 persen.
8. Dorothy Perkins
Selanjutnya, ritel Dorothy Perkins resmi menutup tokonya di Kota Kasablanka, Jakarta Selatan pada awal Februari 2018. Ritel pakaian perempuan dan anak-anak asal Inggris tersebut hengkang lantaran kontrak kerja sama antara pemilik merek dan distributornya di Indonesia tak diperpanjang. Di Indonesia, merek Dorothy Perkins juga dipegang oleh PT Mitra Adiperkasa Tbk, riteler kelas kakap bersandi emiten MAPI.
ADVERTISEMENT
Dorothy Perkins beroperasi melalui 11 gerai. Adapun, 5 gerai tersebar di Jakarta, yaitu Central Park, Kota Kasablanka, Senayan City, Grand Indonesia, dan Sogo Plaza Senayan. Sisanya tersebar di Discovery Mall di Kuta-Bali, Galaxy Mall Surabaya, Paris van Java Mall di Bandung, Sogo Tunjungan Surabaya, Sun Plaza Sogo Medan, dan Ambarukmo Plaza di Yogyakarta.
9. New Look
Selain Dorothy Perkins, merek pakaian wanita New Look juga tutup toko di Kota Kasablanka pada 19 Februari 2018. Bahkan, New Look secara permanen menyudahi seluruh operasionalnya di Indonesia. Serupa seperti Dorothy Perkins, merek New Look di Indonesia juga dipegang oleh MAPI.
10. Giant
Memasuki 2019, kabar mengenai ritel yang tumbang mulai kembali menyeruak. Cukup mengejutkan, PT Hero Supermarket Tbk pun menyatakan telah menutup 26 gerai Giant. Penutupan 26 gerainya lantaran PT Hero Supermarket Tbk (HERO) tengah menerapkan efisiensi. Sejauh ini dari 532 karyawan yang terdampak dari kebijakan efisiensi tersebut, sebanyak 92 persen karyawan telah mengerti dan memahami kebijakan efisiensi ini dan menyepakati untuk mengakhiri hubungan kerja.
ADVERTISEMENT
11. Central Department Store
Terakhir, jejak penutupan ritel juga diikuti oleh PT Central Retail Indonesia. Manajemen merasa bahwa pola belanja masyarakat berubah. Rencananya gerai Central Department Store di Neo Soho akan tutup pada 18 Februari 2019. Sembari menunggu waktu penghabisan, manajemen bakal menggelar closing down sale hingga 90 persen. Pihak manajemen menyampaikan bahwa penutupan bertujuan untuk menyesuaikan pola belanja masyarakat yang ingin lebih cepat dan efisien. Perusahaan pun mengklaim akan berfokus untuk menggarap omni channel sehingga dapat mengikuti demand yang ada.