Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Pemerintah akan membuka keran impor untuk komoditas pokok pangan. Adapun rencana impor pangan ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Impor bahan pokok ini diklaim untuk memasok kebutuhan dalam negeri. Setidaknya hingga kini ada tiga komoditas pokok pangan yang akan diimpor, yaitu beras , gula, dan garam.
Berikut kumparan merangkum rencana impor tiga komoditas pangan, Selasa (16/3).
Rencana Impor Beras 1 Juta Ton di Tengah Panen Raya
Pemerintah berencana impor beras sebesar 1 juta ton untuk menjaga stok pada saat Ramadhan dan Idul Fitri 2021. Impor beras sebesar 1 juta ton ini terbagi 500.000 ton untuk Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dan 500.000 ton sesuai kebutuhan Bulog .
Menanggapi rencana tersebut, Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) menilai keputusan pemerintah impor beras terlalu cepat. Sebab, saat ini stok beras masih mengalami surplus atau berlebihan.
ADVERTISEMENT
“Justru lagi panen raya hitungan yang ada Maret-April ini sebenarnya terdapat surplus lebih dari 4 juta ton ini yang terjadi dari aspek produksi,” kata Ketua Umum Perpadi Sutarto Alimoeso kepada kumparan, Senin (8/3).
Dalam sebulan kebutuhan beras untuk masyarakat seluruh Indonesia sebanyak 2,5-2,7 juta ton. Badan Pusat Statistik (BPS) telah melaporkan pada Januari-April 2021 potensi produksi beras akan mencapai 14,54 juta ton, meningkat 26,84 persen dibandingkan produksi beras di Januari-April 2020 yang sekitar 11,46 juta ton.
“Sebenarnya kalau menurut kami ini terlalu cepat diputuskan impor sekarang ini. Karena untuk ketersediaan Ramadhan hingga Idul Fitri surplus,” tambahnya.
Jelang Ramadhan, RI Defisit Gula Pasir 650 Ribu Ton
Kementerian Pertanian mencatat adanya kekurangan gula pasir sebanyak 650 ribu ton menjelang Ramadhan dan Idul Fitri. Sekretaris Jenderal Kementan Momon Rusmono mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan gula pasir pemerintah akan memasok melalui impor.
ADVERTISEMENT
"Hampir 650 ribu ton (defisit) untuk konsumsi," kata Momon menjawab pertanyaan dari Ketua Komisi IV Sudin pada saat Rapat Dengar Pendapat virtual, Senin (15/3).
Berdasarkan catatan Kementan, kebutuhan gula baik industri (gula rafinasi) maupun konsumsi (gula kristal putih) sepanjang 2021 diperkirakan sekitar 5,8 juta ton. Menurut Momon, saat ini baru sekitar 2,1 juta ton gula yang dapat dipenuhi. Artinya, pada tahun ini Indonesia diperkirakan impor gula sekitar 3,7 juta ton.
"Total kebutuhannya hampir 5,8 juta kita baru memenuhi 2,1 juta," ungkap Momon.
Sebelumnya, Kementerian Perindustrian menyebut Rapat Koordinasi Terbatas tingkat menteri yang dilaksanakan pada 14 Desember 2020, menyepakati alokasi kebutuhan Gula Kristal Rafinasi (GKR) atau gula rafinasi untuk industri makanan dan minuman, serta farmasi di dalam negeri sebesar 3,1 juta ton sepanjang 2021.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Akan Impor Garam, Puluhan Ribu Ton Produk Lokal Masih Ada di Gudang
Pemerintah telah memutuskan akan mengimpor garam untuk memenuhi kebutuhan tahun 2021 ini. Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, menyebutkan keputusan impor garam itu ditetapkan dalam rapat koordinasi terkait neraca komoditas, beberapa waktu lalu.
Pada saat yang sama, Trenggono mendapati masih puluhan ribu ton garam produksi petambak lokal, masih tersimpan di gudang. Saat peninjauan unit pengolahan garam di Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu saja, Menteri KP mendapati ada 37.000 ton garam sisa produksi tahun lalu yang masih tersimpan di gudang.
Untuk bisa mempercepat distribusi dan penjualan garam produk lokal, Trenggono mendorong koperasi petambak garam di Indramayu, Jawa Barat, meningkatkan daya jual produk yang dihasilkan dari produksi garam petambak lokal di daerah tersebut.
ADVERTISEMENT
"Salah satu caranya dengan menyiapkan garam dalam bentuk kemasan agar bisa langsung dijual ke pasar," kata Menteri Kelautan dan Perikanan, Wahyu Sakti Trenggono, melalui keterangan resmi dikutip kumparan, Senin (15/3).
Trenggono sebelumnya mengunjungi washing plant atau unit pengolahan garam di Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu. Ia mengemukakan produksi garam di Kabupaten Indramayu mencapai 361 ribu ton pada 2020, namun penyerapannya belum menyeluruh, sebab garam yang dihasilkan kelompok petambak hanya dijual ke pabrik-pabrik untuk diolah lagi menjadi garam kemasan.