Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Peluang Cuan Ekoenzim, Cairan Serbaguna dari Sampah Organik
19 November 2024 6:30 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ekoenzim merupakan cairan hasil fermentasi dari sampah organik seperti kulit buah, yang ditambahkan gula atau molases dan air. Cairan ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan rumah tangga, pertanian, peternakan, sabun, shampoo, hingga perawatan kulit.
Sebagai gambaran, penduduk Indonesia membuang sisa makanan hingga 23-48 juta ton per tahun. Berdasarkan data Bappenas, kerugian ekonomi yang ditimbulkan akibat sisa makanan yang terbuang (food loss and waste) itu mencapai Rp 231-551 triliun per tahun, setara dengan 4-5 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Andriana dari River Ranger Jakarta, mengatakan ekoenzim merupakan cara termudah yang bisa dilakukan masyarakat untuk mengurangi kerugian ekonomi tersebut.
"Caranya mudah, manfaatnya banyak sekali, untuk agriculture, kesehatan, pembersih udara, cairan untuk cuci piring, lantai, kecantikan bisa untuk wajah, disinfektan, dan masih banyak lainnya. Ekoenzim jadi penolong yang baik untuk kebutuhan rumah tangga," ujar Andriana dalam Paramadina Beraksi (Bergerak untuk Pemberdayaan Sosial), Ciliwung Day 2024, di KBC Ciliwung , Kramat Jati, Jakarta.
ADVERTISEMENT
Para anggota dari komunitas Siaga Berbasis Masyarakat (SIBAT) PMI Jakarta Timur, Jaringan Warga Peduli Sungai Ciliwung (JAWARA PECI), hingga Komunitas Baca Ciliwung (KBC) mendapat kesempatan untuk langsung mencoba pembuatan ekoenzim.
Cara membuat ekoenzim juga sangat mudah, tinggal menyiapkan wadah plastik atau toples plastik dengan tutup yang besar dan diisi dengan air sebanyak 60 persen dari kapasitas wadah tersebut. Selanjutnya masukkan gula atau molases sebanyak 10 persen dari berat air, serta masukkan potongan kulit buah sebanyak 30 persen dari berat air, kemudian aduk rata cairan tersebut.
Tutup rapat wadah tersebut dan beri label tanggal pembuatan dan tanggal panen. Diamkan dan taruh di tempat yang tidak terkena sinar matahari.
Selama satu minggu pertama, buka tutup wadah untuk membuang gas. Aduk rata pada hari ke-7, hari ke-30, dan hari ke-90 atau saat panen. Cairan yang dihasilkan saat panen di hari ke-90 akan terlihat berwarna kecoklatan dan wangi kuat seperti cuka atau anggur, tergantung dari sampah kulit buah yang digunakan saat proses fermentasi.
ADVERTISEMENT
Ekoenzim dinilai berhasil jika pada panen terdapat jamur putih di permukaan cairan. "Tapi kalau yang muncul jamurnya hitam, ini ada indikasi gagal. Tapi jangan khawatir dan jangan langsung dibuang airnya, bisa ditambahkan lagi gulanya atau molasesnya, aduk kembali dan tutup," kata Andriana.
Menurut dia, saat ini sudah banyak warga Jakarta yang membuka bisnis ekoenzim. Bahkan produk turunan atau ampas ekoenzim bisa dimanfaatkan kembali dan dijadikan bisnis.
"Ampas kulit buah bisa dimanfaatkan lagi dengan cara diblender dan dijadikan eco-patch. Ini bisa sebagai penghangat tubuh, menghilangkan pegal dan nyeri meredakan sulit tidur, meredakan sakit," jelasnya.
Saat ini, ekoenzim mulai banyak dijual di e-commerce. Satu liternya dijual mulai Rp 35.000-60.000, tergantung dari jenis bahan organik yang digunakan saat fermentasi. Andriana bilang, produk turunannya juga banyak peminat.
ADVERTISEMENT
"Bisa dijadikan bisnis untuk warga di sini. Beberapa wilayah di Jakarta juga sudah mulai menjualnya ke berbagai daerah," pungkasnya.
Pemberdayaan Sosial di Bantaran Ciliwung
Selain materi mengenai pemanfaatan ekoenzim, para peserta Ciliwung Day 2024 juga mendapatkan materi pemberdayaan sosial dari mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina. Di antaranya berupa edukasi bahaya sampah plastik dan pemilahan sampah, ada juga materi mengenai kepemimpinan dan organisasi, public speaking, dan fotografi.
"Kami ada beragam sesi, sasaran kami ke komunitas dan para siswa yang ikut di Ciliwung Fest 2024. Acaranya memang beragam, ada sharing session terkait lingkungan dan pembekalan ke teman-teman siswa terkait pelatihan di media sosial. Diharapkan ini bisa menjadi bahan pembelajaran juga untuk semua yang hadir," kata Raden Ricky Hardianto Purnama, Penanggung Jawab Utama Paramadina Beraksi (Bergerak untuk Pemberdayaan Sosial) di Ciliwung Day 2024.
Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina, Rini Sudarmanti, berharap acara pemberdayaan yang dilakukan para mahasiswa magister ini bisa bermanfaat untuk para peserta. Secara umum, kegiatan ini juga sebagai edukasi masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan.
ADVERTISEMENT
"Dengan acara ini diharapkan membawa manfaat bagi masyarakat sekitar untuk semakin menjaga lingkungan, sekaligus juga sebagai wadah belajar bagi para mahasiswa," jelasnya,
Dosen Komunikasi Korporat dan Pemberdayaan Sosial Universitas Paramadina, Dwi Purbaningrum, menjelaskan dalam kegiatan tersebut para mahasiswa bisa mengaplikasikan teori yang selama ini didapatkan di kampus kepada masyarakat secara langsung.
"Teman-teman bisa melihat dan berdekatan dengan masyarakat secara langsung, punya tanggung jawab dan rasa di dalam, ada lingkungan yang perlu sentuhan humanis dan ini yang perlu, untuk teman-teman mahasiswa punya tanggung jawab lingkungan," tambahnya.
Dalam acara Paramadina Beraksi di Ciliwung Day 2024, mahasiswa juga memberikan materi kepada para pelajar pencinta alam tingkat SMA di Jakarta yang peduli terhadap Sungai Ciliwung.
ADVERTISEMENT
Para siswa diberikan materi kepemimpinan dan organisasi diberikan agar para mampu membuat gerakan dan komunitas peduli Ciliwung, serta membuat rencana aksi terkait Sungai Ciliwung.
Selain itu, para siswa juga diajarkan mengenai public speaking agar mampu memberikan edukasi mengenai Ciliwung kepada teman sebaya, serta mempresentasikan sisi lain Ciliwung dari pariwisata dan budaya kepada pemangku kepentingan. Materi Komunikasi interpersonal juga diberikan karena mempunyai peran penting dalam meningkatkan kesadaran, membangun kerja sama, dan mencari solusi bersama untuk Ciliwung.
Selanjutnya, para siswa juga mendapatkan materi fotografi melalui ponsel agar mampu menarik perhatian warganet di media sosial. Para pelajar ini juga diajak untuk berpikir kreatif, melihat objek yang menarik di bantaran Sungai Ciliwung untuk selanjutnya diunggah ke sosial media.
ADVERTISEMENT