Pembeli hingga Pedagang Keluhkan Tingginya Harga Gula

19 Mei 2024 18:15 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Harga gula di Indomaret Tanjung Barat Lama, Minggu (19/4/2024). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Harga gula di Indomaret Tanjung Barat Lama, Minggu (19/4/2024). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
ADVERTISEMENT
Harga gula pasir di pasaran masih terpantau tinggi. Para pedagang dan pembeli kompak mengeluhkan tingginya harga gula.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan pantauan kumparan, Minggu (19/5) harga gula di warung kelontong daerah Pasar Minggu dibandrol senilai Rp 18.000 per kilogram. Hendra, pemilik warung tersebut mengaku harga gula belum turun ke level normal.
Ia menjelaskan, harga gula di distributor masih bertengger di level Rp 800 ribu per karung. Padahal, ia biasa membeli gula seharga Rp 600 ribu per karung.
"Harga gula emang belum turun, masih Rp 800 ribu sekarung. Dulu sebelum naik itu Rp 600 ribu sekarung," kata Hendra kepada kumparan.
Dalam kesempatan yang sama, Siti seorang pembeli di warung Hendra juga mengeluhkan tingginya harga gula. "Masih mahal banget ya harga gula," katanya.
Sementara itu, harga gula di minimarket seperti Indomaret berada di level Rp 17.500 per kg. Pembelian di minimarket dibatasi, seorang mendapat jatah1 kg per hari.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Nicholas Mandey menyebut, pembatasan pembelian gula di ritel modern dilakukan untuk mencegah adanya permainan di komoditas tersebut.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey dalam acara Halalbihalal di Rempah Manado, Selasa (7/5/2024). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
"Pembatasan ini bukan artinya stok gula di ritel kosong. Saya mau garis bawahi ya, pembatasan itu bukan berarti kita kosong barang tetapi pemerataan dan mengurangi potensi spekulan," kata Roy di Jakarta, Selasa (7/5).
Roy menjelaskan, harga gula pasir di ritel stabil yakni dibandrol senilai Rp 17.500 per kg. Sementara, harga gula di pedagang non ritel melambung tinggi hingga menyentuh angka Rp 18.200 per kg.
Perbandingan harga tersebut, dikhawatirkan memicu munculnya para mafia 'berduit'. Ia menyebut, para mafia bisa saja membeli gula dalam jumlah besar di ritel kemudian menjualnya kembali dengan harga tinggi.
ADVERTISEMENT
"Ada yang punya uang, tengkulak, dia beli karena dia tau retail Rp 17.500 dia jual Rp 18.000. Nah kita nggak mau mencederai masyarakat," ungkap Roy.
"Untuk itu, kebijakan pembatasan itu bukan karena kosong atau kurang tetapi pemerataan setiap masyarakat bisa menikmati dengan harga terjangkau," tegasnya.