Pemerintah Genjot Subsidi LPG & Listrik, Inflasi Mei 2022 Diramal Melandai

2 Juni 2022 9:46 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas Pertamina mendistribusikan BBM dan LPG bersubsidi. Foto: Pertamina
zoom-in-whitePerbesar
Petugas Pertamina mendistribusikan BBM dan LPG bersubsidi. Foto: Pertamina
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) bakal mengumumkan inflasi Mei 2022, Rabu (2/6). Sejumlah ekonom meramal masih terjadi peningkatan inflasi untuk periode bulan lalu. Namun, tingkat inflasi tersebut tidak akan lebih tinggi dari tingkat inflasi pada April 2022 sebesar 0,95 persen secara month to month (mom).
ADVERTISEMENT
Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksi, inflasi pada Mei 2022 akan berada di level 0,41 persen (mom). Laju inflasi tersebut melandai. Sementara secara tahunan, Josua memprediksi inflasi akan mencapai angka 3,56 persen (yoy).
"Inflasi harga bergejolak diperkirakan akan menjadi pendorong inflasi umum mengingat harga dari beberapa komoditas pangan cenderung meningkat seperti daging ayam, telur ayam, daging sapi, bawang merah dan gula pada perayaan Idul Fitri," jelas Josua kepada kumparan, Kamis (2/6).
Meskipun demikian, menurutnya, beberapa komoditas lain terus mendorong terjadinya deflasi seperti beras, bawang putih dan minyak goreng.
Dari komponen harga yang diatur pemerintah, dampak kenaikan harga BBM pertamax akan mulai mengalami normalisasi meskipun kenaikan tarif transportasi udara masih berkontribusi pada inflasi kelompok harga diatur pemerintah.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, laju inflasi inti secara bulanan juga cenderung melandai mempertimbangkan penurunan harga emas, meskipun konsumsi domestik yang kuat pada perayaan Idul Fitri masih berkontribusi pada inflasi inti bulan Mei.
"Inflasi inti pada bulan Mei diperkirakan berkisar 2,61 persen (yoy)," ungkap Josua.
Vice President Economist Permatabank Josua Pardede. Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
Di sisi lain, PT Bank Mandiri Tbk memperkirakan 22 Mei akan mencatat inflasi musiman di tengah liburan lebaran. Indeks Harga Konsumen (CPI) diperkirakan naik sebesar 0,43 persen bulanan di 22 Mei. Hal ini terutama didorong oleh faktor musiman libur lebaran yang meningkatkan harga makanan, transportasi, restoran, dan rekreasi.
"Kami melihat tingkat inflasi tahunan pada 22 Mei akan terus menguat. Secara tahunan, inflasi IHK diperkirakan sekitar 3,59 persen yoy pada 22 Mei vs. 3,47 persen (yoy) pada 22 April," jelas Chief Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro ketika dihubungi kumparan, Kamis (2/6).
ADVERTISEMENT
Andry melanjutkan, inflasi inti relatif tidak berubah, atau sebesar 2,59 persen (yoy),di tengah membaiknya mobilitas publik dan permintaan secara keseluruhan.
Menurut dia, ekspektasi inflasi 2022 tidak setinggi yang diantisipasi. Bank Mandiri memperkirakan inflasi akan meningkat secara substansial dan fundamental di 2022. Tekanan inflasi pada tahun 2022 cenderung meningkat akibat demand-pull inflation di tengah percepatan pemulihan ekonomi, berkat mobilitas masyarakat yang meningkat seiring dengan pelonggaran PPKM.
Hal ini juga didorong oleh inflasi cost-push, terkait dengan kenaikan harga pangan, energi, dan bahan bakar global. Namun, pemerintah telah memutuskan untuk memompa subsidi tambahan untuk energi, memastikan bahwa harga BBM bersubsidi, LPG, dan listrik tidak akan naik pada tahun 2022.
Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro pada konferensi pers Mandiri Investment Forum (MIF) 2020, Minggu (27/1/2020). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
"Keputusan untuk tidak menaikkan harga yang diatur ini harus mengarah pada risiko inflasi yang lebih rendah. Oleh karena itu, tingkat inflasi 2022 berpotensi lebih rendah dari perkiraan kami sebesar 4,60 persen," pungkasnya.
ADVERTISEMENT