Pemerintah Kaji Subsidi Jaringan Gas Rumah Tangga untuk Tekan Konsumsi LPG

2 Agustus 2024 17:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri ESDM Arifin Tasrif menjawab pertanyaan wartawan usai mengikuti rapat terbatas bersama Presiden dan Wapres di halaman Istana Negara, Jakarta, Rabu (31/7/2024). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Menteri ESDM Arifin Tasrif menjawab pertanyaan wartawan usai mengikuti rapat terbatas bersama Presiden dan Wapres di halaman Istana Negara, Jakarta, Rabu (31/7/2024). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Menteri ESDM Arifin Tasrif tengah mengkaji kebijakan subsidi untuk menekan harga pasokan gas dari hulu. Pasokan gas ini untuk kebutuhan Jaringan gas (jargas) yang disalurkan melalui pipa transmisi dan distribusi untuk konsumsi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Arifin mengatakan kebijakan subsidi di hulu untuk program jargas ini diharapkan bisa menekan konsumsi LPG yang masih bergantung impor. Dia menyebut Indonesia mengimpor LPG lebih dari 6 juta ton per tahun, di mana harga LPG saat ini sekitar USD 575 per ton.
Kebijakan subsidi harga pasokan gas dari hulu ini juga bertujuan untuk meningkatkan peminat jargas rumah tangga. Hanya saja, Arifin tidak menyebutkan secara rinci berapa harga pasokan gas nantinya setelah disubsidi. Namun, ia memastikan harga pasokan gas dari hulu nantinya tidak mengikuti fluktuasi harga pasar.
"Kita juga lagi mengelola kebijakannya bagaimana harga gas hulu itu bisa murah, sehingga memang masyarakat penerima jargas di rumah itu juga daya belinya tidak terganggu," ungkap Arifin saat diskusi bersama media, Jumat (2/8).
ADVERTISEMENT
Adapun kebijakan ini serupa program Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) untuk 7 sektor industri. Penerima manfaat HGBT saat ini bisa mendapatkan alokasi gas bumi yang dipatok sebesar USD 6 per MMBTU.
Barang bukti temuan hasil pengawasan Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) gas LPG 3 kilogram saat ekpose di PT Patra Trading SPPBE Tanjung Priok, Jakarta Utara, Sabtu, (25/5/2024). Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan
"Jadi kita sedang mengkaji opsi untuk pemerintah mensubsidi gas hulu untuk jaringan gas. Sekarang ini kan yang disubsidi LPG, nanti kalau kita pakai gas kita sendiri, hulunya yang kita subsidi. Supaya masyarakat penerima itu bisa dapat harga yang ada dalam jangkauan," imbuh Arifin.
Arifin melanjutkan, pemerintah sudah membentuk Jaringan Induk Transmisi dan Distribusi Gas Nasional (RIJTDGBN) sebagai pedoman membangun infrastruktur penyaluran gas dari hulu menuju hilir.
Saat ini potensi gas bumi sangat besar di wilayah utara Sumatera yaitu kawasan Andaman dengan potensi gas sekitar 5 triliun kaki kubik (TCF) yang akan produksi di 2028, bisa dihubungkan melalui pipa transmisi Dumai-Sei Mangkei menuju Pulau Jawa.
ADVERTISEMENT
Kemudian, pemerintah juga akan melanjutkan pembangunan Pipa Transmisi Gas Cirebon-Semarang (Cisem) Tahap II Ruas Batang-Kandang Haur Timur. Adapun pembangunan Tahap I sudah rampung dengan ruas Semarang-Batang.
"Dengan adanya transmisi gas ini, nanti Jawa ke depannya akan membuka wilayah jaringan-jaringan distribusi gas. Wilayah itu didorong untuk bisa menyediakan jaringan gas ke masyarakat dan selain industri," jelasnya.