Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Penetrasi Asuransi Masih Rendah, IFG Bakal Kejar Ketertinggalan
8 Oktober 2024 13:24 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Penetrasi asuransi masih dinilai rendah. Hal ini diakibatkan karena literasi mengenai asuransi juga masih rendah di kalangan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Wakil Direktur Utama Indonesia Financial Group (IFG), Haru Koesmahargyo, menyebut literasi mengenai asuransi di masyarakat masih berada di bawah perbankan. Hal ini yang menyebabkan penetrasi asuransi masih tertinggal.
“Literasi asuransi di Indonesia masih relatif lebih rendah dibanding perbankan, lebih dari 40 persen penduduk dewasa sudah punya rekening sedangkan asuransi penetrasinya kurang dari 10 persen,” katanya dalam Media Briefing Penguatan BUMN Menuju Indonesia Emas di Sarinah, Jakarta Pusat pada Selasa (8/10).
Haru melihat sebenarnya literasi mengenai asuransi penting karena menyangkut proteksi. Sumbangan sektor asuransi ke PDB juga dinilai masih rendah. Untuk itu Haru menyebut IFG akan mengejar ketertinggalan dengan sektor perbankan.
“Saya mengakui bicara soal rules regulasi ada sedikit gap antara perbankan dan asuransi. Nah kita mengejar ketertinggalan ke perbankan supaya bisa sama,” lanjutnya
ADVERTISEMENT
Dalam mengejar ketertinggalan dibanding perbankan. Haru menyebut pihaknya mengedepankan berbagai promo mengenai produk asuransi. Promo tersebut juga dilakukan di media sosial sampai kegiatan di universitas. Selain itu, IFG juga mengedukasi pentingnya asuransi lewat corporate social responsibility (CSR).
“Pertama dari asuransi yang terkait dengan kesehatan, jadi promo yang kita lakukan itu melalui sosial media, pendidikan di universitas-universitas, melalui CSR itu sudah kita gaungkan,” terangnya.
Haru juga bilang soal salah satu golongan yang seharusnya sudah peduli dengan pentingnya asuransi. Golongan tersebut adalah generasi muda. Menurutnya, jangan sampai ketika generasi muda berada di puncak generasi tidak memiliki kepastian masa depan.
“Jangan sampai puncak dari dividen populasi yang pekerjanya peak tertinggi mereka tidak siap untuk menjadi penggendong buat orang tuanya dan anaknya. Di sini tentu masa depan di mana kita bisa memastikan di mana masa depan mereka dana masa depannya bisa aman dan menghasilkan,” kata Haru.
ADVERTISEMENT