Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Pengelola JCC Beberkan Tantangan Bisnis Industri MICE di RI
29 September 2024 19:10 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Sektor industri tengah menghadapi berbagai tantangan di tahun ini, termasuk industri Meeting, Incentive, Convention, Exhibition (MICE) di Indonesia. Pengelola Jakarta Convention Center (JCC ) Senayan Jakarta menyebut, industri MICE beberapa kali menghadapi persoalan besar, mulai dari krisis moneter 1998 hingga pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
General Manager JCC, Edwin Sulaeman, mengungkapkan perkembangan bisnis MICE tidak bisa dipisahkan dari perjalanan JCC yang berdiri sejak 33 tahun lalu. Menurutnya, JCC turut mendorong ribuan pelaku bisnis pendukungnya di berbagai wilayah di Indonesia.
“JCC adalah salah satu pionir bisnis MICE di Indonesia. Ketika memulai bisnis ini sekitar tahun 1991, perusahaan event organizer (EO) baru ada 5. Setahun setelah JCC beroperasi dan mulai menjalankan usaha MICE, jumlah EO bertambah menjadi 21 perusahaan dan kini telah beranak pinak menjadi lebih dari 700 EO,” ujar Edwin dalam keterangannya, Minggu (29/9).
Dia menjelaskan, dampak dari kedua krisis itu tidak hanya memukul jasa MICE, tetapi juga menghentikan sementara berbagai agenda bisnis yang sudah disusun beberapa tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
“Akibat dua krisis itu hampir 5 tahun kegiatan MICE di JCC tidak dapat berjalan secara optimal. Kami seperti membangun bisnis dari awal. Alhamdulillah, berkat jejaring bisnis dan kepercayaan dari para partner yang sudah lama bekerjasama, JCC dapat bangkit dan terus berkontribusi bagi perekonomian bangsa Indonesia,” jelasnya.
Edwin menjelaskan, banyak sumber daya manusia (SDM) JCC digunakan untuk membantu menjalankan bisnis jasa konvensi di beberapa daerah di Indonesia. Bahkan SDM JCC yang membangun bisnis sendiri atau berkarir di perusahaan sejenis.
Menurut Edwin, saat ini industri MICE di Indonesia sudah menjadi bagian penting dari MICE dunia. Bahkan ada sepuluh perusahaan EO terbesar di dunia yang sudah membuka bisnisnya di Indonesia karena kepincut pasar MICE di Indonesia yang sangat besar.
ADVERTISEMENT
"Industri MICE ini unik dan spesial. Karena itu dukungan pemerintah dalam menciptakan iklim bisnis yang sehat dan kodusif sangat penting," kata Edwin.
Ia pun menjelaskan dibangunnya JCC pada tahun 1991, di saat investasi besar dan risiko yang belum terukur. Saat itu, pemerintah Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-10 Gerakan Non-Blok pada September 1992. Meskipun digunakan untuk kepentingan pemerintah, pembangunan megaproyek ini sepenuhnya menggunakan dana swasta dengan skema Build Operate Transfer (BOT).
Setelah KTT NonBlok selesai, Edwin mengaku saat itu pihaknya sempat kebingungan untuk mengoptimalkan gedung sebesar JCC ini. Maklum belum banyak kegiatan pameran bisnis ataupun event pemerintahan yang digelar digedung sebesar JCC.
“Kami lakukan door to door kepada pelaku usaha untuk mengenalkan bisnis MICE dan mendorong munculnya EO sebagai instrumen penting pendukung bisnis ini. Kami bangun sistem, jaringan, dan juga banyak belajar dari penyelenggara event di luar negeri. Setelah lebih dari tiga dekade kami bangga JCC berhasil menjadi ikon MICE Indonesia dan melahirkan banyak pelaku MICE yang kini berkontribusi besar terhadap ekonomi nasional,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Edwin menuturkan, di antara kunci utama JCC dalam membangun MICE adalah memperkuat sistem dan memperluas jaringan bisnis. Selama lebih dari 30 tahun beroperasi, praktis banyak pelaku bisnis MICE baik di dalam maupun luar negeri yang menjadi partner setia JCC. Tak heran jika JCC kini menjelma sebagai salah satu penyelenggara MICE terbesar di Indonesia dan berkelas dunia.
“Tentunya sistem dan jaringan yang kami bangun ini tidak bisa dicontek, karena JCC memiliki ikatan emosional dengan partner-partnernya selama lebih dari 30 tahun. Jam terbang dan kompetensi di bidang ini adalah hal yang mutlak dibutuhkan,” tambah Edwin.