Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Pengusaha Beberkan Tantangan UMKM Produksi Komponen Kendaraan Listrik
8 Maret 2024 19:38 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Made yang juga menjabat sebagai Presiden Institut Otomotif Indonesia (IOI) menyebut UMKM masih berhadapan dengan permasalahan mahalnya baterai kendaraan listrik . Menurutnya, baterai berkontribusi sebesar 40 sampai 50 persen dari total harga kendaraan listrik.
“Tantangannya adalah harga produk kendaraan listrik roda dua dan roda tiga ini masih mahal, karena baterai tadi itu masih 40 sampai 50 persen kan harganya,” kata Made di Kantor Kementerian Koperasi dan UKM, Jakarta pada Jumat (8/3).
Selain harga, Made melihat permasalahan teknologi pembuatan baterai. Menurutnya, UMKM masih dapat menyesuaikan pembuatan komponen lain, seperti body kendaraan.
“Kalau body, interior, tergantung desain motor listriknya, sehingga dilihat perspektif kemampuan teknologi, supplier ini sebenarnya membuat komponen body tidak masalah, yang jadi masalah ini kesiapan membuat teknologi baterai, inverter-nya,” tambah Made.
ADVERTISEMENT
Selama ini, menurutnya, pelaku usaha masih mengimpor sel baterai dari luar negeri, untuk dirakit di Indonesia. Di samping itu, Made juga bilang, kesiapan infrastruktur di Indonesia juga masih harus diperhatikan. Sehingga, pelaku usaha tidak leluasa untuk memproduksi komponen EV, baik roda dua ataupun roda tiga.
“Volumenya untuk kita gerakkan juga masih terkendala dengan infrastruktur, belum semua mempunyai infrastruktur. Jadi perlu dikembangkan, pertama charging ini harus siap 3.000 watt atau 5.000 watt,” pungkas Made.
Sebelumnya, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), Teten Masduki menuturkan, ada dana Rp 2 triliun yang bisa diserap oleh koperasi multi pihak untuk produksi komponen kendaraan listrik.
“Di koperasi multi pihak kan bisa menggabungkan antara para Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pembuat komponen dengan industri dan juga investor, dan kami juga punya pembiayaan LPDB kan Rp 2 triliun setahun kan, saya kira bisa dipakai exercise,” kata Teten dalam diskusi Hilirisasi Industri Otomotif melalui Koperasi dan UKM, Jumat (8/3).
ADVERTISEMENT
Teten mendorong koperasi milik PIKKO, Koperasi Industri Komponen Otomotif Indonesia (Kikko) untuk dapat beralih jadi multipihak. Sementara, anggota Pikko adalah UMKM yang semula hanya memproduksi komponen kendaraan konvensional, didorong untuk mengembangkan bisnisnya memproduksi komponen kendaraan listrik.